TRIBUNNEWS.COM - Ana Sofia menjadi sosok dibalik sukses Diego Milito dalam kariernya di sepak bola. Meski ia tidak setenar pasangan sepak bola alias wags lainnya, seperti Fanny Neguesa yang dekat dengan striker AC Milan Mario Balotelli atau Caroline Celino, pemain Milan lainnya, perannya sangat penting dalam karier striker gaek Argentina itu.
Dalam dua musim terakhir nama Milito nyaris tenggelam. Cedera yang menderanya membuatnya lebih banyak berurusan dengan tim medis di Inter daripada di lapangan.
Tapi sukses Inter tidak bisa lepas dari Milito, terutama ketika Nerazzurri merebut treble musim 2009/10. Ketika itu ia mencetak sampai 24 gol, termasuk dua golnya yang diborong pada kemenangan di final Liga Champions melawan Bayern Muenchen empat tahun silam.
Kini usianya sudah tidak muda lagi. Inter mempunyai striker yang lebih muda, seperti Mauro Icardi. Seolah mengetahui nasibnya musim depan, Milito tidak yakin bakal berada di San Siro musim depan. Jadi, derbi della madonnina atau yang dikenal derbi Milan saat menghadapi AC Milan, Senin (5/5/2014) nanti bisa menjadi laga terakhir untuknya.
"Saya tidak tahu, apakah ini akan menjadi laga terakhir untuk saya atau tidak," ungkap Milito.
Bila ini derbi terakhir Milito, itu juga berarti akan menjadi yang terakhir kalinya untuk Ana berada di tribun penonton menyaksikan sang suami berlaga. Bagi Ana, selama mendampingi Milito di Inter, ia memiliki masa-masa indah.
Bila akhirnya Milito memutuskan untuk hijrah dan kembali ke Argentina, Ana tidak akan pernah melupakan kota Milan, tempat ia tinggal selama lima tahun dan memiliki dua orang anak, Leandro dan Agustina.
Bukan hanya Ana yang akan menyaksikan suaminya berlaga untuk terakhir kalinya, Paula istri Javier Zanetti juga akan melihat suaminya untuk terakhir kalinya di lapangan hijau setelah memutuskan untuk gantung sepatu akhir musim ini.
Baca di Koran Super Ball, Minggu (4/5/2014)