Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus S Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi pecinta lingkungan, Greenpeace mengungkapkan bahaya yang bisa disebabkan oleh zat-zat kimia berbahaya yang digunakan oleh produsen-produsen perlengkapan olahraga. Berdasarkan hasil investigasi mereka, zat-zata tersebut bisa menggangu kinerja hormon manusia.
Berdasarkan investigasi mereka yang berjudul ‘Kartu Merah Untuk Merek-merek Perlengkapan Olahraga’, Greenpeace menemukan sepatu, sarung tangan penjaga gawang, dan seragam yang diproduksi oleh produsen perlengkapan olahraga Adidas, Nike, dan Puma mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.
Laboratorium independen Greenpeace menemukan bahan kimia seperti Perfluorinated chemicals (PFC), nonylphenolethoxylates (NPEs), phthalates, dan dimetilformamida (DMF) terkandung dalam produk-produk mereka.
Zat-zat itu biasanya digunakan untuk melapis barang-barang yang terbuat dari plastik. Banyak jenis PFC yang sangat persisten dan tidak dapat terurai dengan mudah ketika terlepas ke lingkungan.
Penelitian menunjukkan PFC seperti PFOS dan PFOA berdampak, baik saat pertumbuhan atau maupun saat dewasa, karena karakteristiknya yang mengganggu kerja hormon, berdampak pada sistem reproduksi dan sistem kekebalan tubuh.
Nonylphenol Ethoxylates (NPEs) yang lebih lanjut terdegradasi menjadi Nonylphenol(NP). Bahan kimia ini merupakan materi toksik, mengganggu kerja hormon, dan persisten serta bioakumulatif.
Selanjutnya terdapat kekhawatiran serius tentang bahaya racun phthalates terhadap makhluk hidup karena mengganggu hormon. Sedangkan DMF dapat menjadi racun bagi sistem reproduksi dan berbahaya bila kontak dengan kulit
“Sebagian besar dampak bagi lingkungan dan manusia dari bahan kimia berbahaya tersebut akan terjadi di negara-negara produsen sepatu, sarung tangan, dan kaos Piala Dunia, umumnya di Asia.
Bahan kimia dari proses produksi dilepaskan ke badan air atau sungai. Sebagian besar produk yang diuji adalah produksi Cina dan Indonesia,” jelas juru kampanye Greenpeace, Ahmad Ashov, ditemui Tribunnews.com di Senayan, Senin (19/5/2014).
Belum ada konfirmasi dari pihak perusahaan pemegang lisensi merek perlengkapan peralatan olahraga tersebut terkait data yang dilansir Greenpeace tersebut.