News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala Dunia 2014

Kiper Senilai Rp 132 Miliar

Penulis: Muhammad Barir
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keylor Navas

TRIBUNNEWS.COM - Berkat aksi gemilangnya dalam menepis bola tendangan penalti, Kiper Keylor Navas berhasil membuka jalan Kosta Rika mencetak sejarah di Piala Dunia.

Untuk yang pertama kali, Kosta Rika lolos babak perempatfinal setelah melewati drama adu penalti melawan Yunani di Stadion Arena Pernambuco, Recife, Senin (30/6). Dengan banderol 6,5 juta poundsterling, Navas pun menjadi kiper yang diperebutkan oleh banyak klub.

Aksi penyelamatannya membuat tendangan penalti Michael Umana ke gawang Yunani menjadi tendangan terakhir dan memastikan kemenangan Kosta Rika atas Yunani dengan skor 5-3.

Usai laga, Navas menjadi pahlawan kemenangan. Masa depan kariernya sebagai kiper juga semakin cerah. Dia menjadi kiper yang paling diinginkan banyak klub, termasuk di antaranya adalah Liverpool, Arsenal, dan Atletico Madrid.

Kontraknya di klub Levante akan segera habis dalam periode satu tahun mendatang. Navas bisa saja hengkang meninggalkan klub tersebut. Dalam surat perjanjian kerja, biaya yang harus dikeluarkan klub lain untuk memboyongnya hanya sebesar 6,5 juta poundsterling atau sekitar Rp 132 miliar. Dengan angka sebesar itu, banyak klub berlomba memperebutkannya.

Piala Dunia sering menjadi "etalase" khusus untuk para pemain menjual keahliannya bermain sepak bola, namun performa gemilang Navas tidak hanya melulu saat pertandingan membela Kosta Rika di Piala Dunia Brasil saja.

Seperti dilansir Dailymail, kiper klub Levante ini menjadi kiper terbaik di La Liga Spanyol pada musim lalu. Dia sempat bersaing dengan Thibaut Courtois, kiper Atletico Madrid untuk menjadi yang terbaik.

Dia menjadi kiper terbaik kedua di La Liga. Tapi, kalau melihat kinerjanya berdasarkan jumlah penyelamatan, tak diragukan lagi, dia adalah terbaik di Spanyol.

Courtois memang memiliki jumlah kebobolan yang lebih sedikit dari Navas di Liga Spanyol. Namun jumlah kebobolan ini pun terbantu oleh para pemain belakang di klub Atletico Madrid yang dikenal solid.

Di Levante, Navas memiliki tantangan lebih berat untuk membendung lebih banyak serangan daripada Courtois di Atletico. Itu sangat terasa ketika Levante dibantai Barcelona 0-7 di awal liga. Tapi jumlah penyelamatannya juga lebih banyak.

Bos Arsenal, Arsene Wenger dan bos Liverpool, Brendan Rodgers sudah lama memonitor performa kiper dengan tinggi badan 184 cm itu.

Juara La Liga 2014, Atletico Madrid juga tertarik untuk merekrutnya sebagai kiper. Menggantikan Thibaout Courtois yang akan segera kembali ke Chelsea setelah tiga musim jadi pemain pinjaman.

Namun Atletico Madrid tidak sendirian mengincar Navas. Karena Arsenal, Liverpool, dan Everton juga sama-sama memantau dan juga berburu untuk mendapatkan kiper berusia 27 itu.

Kecepatan responnya dalam membaca arah bola selalu dia latih. Salah satu cara yang dia lakukan melatih respon adalah dengan latihan menepis puluhan bola tenis. Satu per satu bola dipukul oleh pelatihnya memakai raket. Navas menghadang bola-bola tenis tersebut yang melesat ke arah gawang dengan kecepatan sekitar 161 kilometer per jam.

"Saya telah mengalami perjuangan yang sangat berat untuk bisa mencapai situasi seperti saya yang sekarang. Setelah saya berusaha keras, kini saatnya saya memetik hasil," kata Navas.

Rahasia keberhasilannya menepis tendangan penalti melawan Yunani adalah karena dia sudah tahu ke mana arah bola yang akan ditendang oleh pemain Yunani, Theofanis Gekas. Navas sudah mengenal karakter dan kebiasaan menendang Gekas karena mereka pernah satu tim di Levante pada 2012-2013.

"Kami pernah main bersama di Levante dan Saya ingat apa yang biasa dia lakukan saat latihan. Saya yakin dia tak akan mengubah arah tendangan penaltinya dan pada akhirnya saya bisa menepis tendangannya," katanya.

Meski demikian, ukuran ketangguhan Navas toh bukan hanya saat menepis tendangan itu. Ketangguhannya mengawal gawang sudah terlihat sejak babak penyisihan grup.

Sepanjang 270 menit dalam tiga laga di babak penyisihan grup, gawang Kosta Rika yang dijaga Navas hanya kebobolan satu gol ketika Kosta Rika menang 3-1 atas Uruguay. Itu pun gol yang tercipta lewat tendangan penalti oleh Edinson Cavani.

Di babak perempatfinal, Kosta Rika akan menghadapi Belanda. Navas pun mengaku tak gentar. Karena dirinya sudah terbiasa menghadapi pertandingan sulit dengan melawan pemain-pemain kelas dunia.

“Saya bermain di liga yang sangat kompetitif dan setiap hari Minggu saya datang melawan beberapa pemain terbaik di dunia. Jadi saya tidak lagi gugup menghadapi nama besar pemain. Saya merasa cukup santai. Bagi saya itu adalah tantangan besar untuk bermain melawan yang terbaik,” katanya dilansir situs resmi FIFA.

Lahir di San Isidro de ElGeneral, bakat sepak bola Navas sudah terlihat sejak kecil. Ayahnya, Freddy merupakan pesepak bola. Adalah Alfredo Whittaker, teman ayahnya yang kini menjadi wasit yang sudah melihat talenta Navas sejak kecil.

"Keylor adalah kiper yang fantastis dan memberikan kontribusi yang signifikan pada prestasi Kosta Rika yang luar biasa saat ini," kata Whittaker yang juga melihat Navas sebagai kiper yang pemberani sudah berbakat sejak kecil.

Meski demikian, saat remaja, dia kaget Navas pernah ditolak oleh klub lokal, Central Pacific. Mereka menilai Navas kurang bagus.

Kekecewaan tak diterima klub terobati. Tak lama berselang, Navas bisa bergabung dengan klub Deportivo Saprissa. Dia melakoni debut di sepak bola profesional bersama dengan klub itu pada 2005.

Satu tahun kemudian dia dipanggil timnas senior saat Kosta Rika menghadapi laga persahabatan melawan Austria dan Swiss. Meski dia baru dimainkan dua tahun setelahnya.
Dua musim pertama dia jadi andalan klub dan merebut tujuh gelar penting dan enam kejuaraan di level nasional.

Dia bergabung dengan Albacete mulai Juli 2010. Sebanyak 42 pertandingan dilakoni klub itu di divisi dua, Navas hanya tidak main di enam laga di antaranya.

Saat klub terdegradasi, Navas promosi ke La Liga pada 2011-2012 bergabung dengan Levante. Meski di tahun pertama dia hanya tampil satu kali, namun di tahun berikutnya dia menjadi kiper andalan Levante.

Menjelang pertandingan Kosta Rika melawan Belanda di perempatfinal pun, Whittaker berani meramalkan Kosta Rika bisa saja memberikan perlawanan pada Belanda.

Meski demikian, di Piala Dunia ini, Whittaker menjagokan Belanda sebagai calon juara. Apalagi saat ini didukung pemain bintang seperti Robin Van Persie, Wesley Sneijder, dan Arjen Robben.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini