TRIBUNNEWS.COM - Michel Platini memang tidak seperti pemain lainnya, Franz Beckenbauer dari Jerman atau Juergen Klinsmann yang menjadi juara dan mengangkat tinggi Piala Dunia. Ia juga tidak seberuntung Zinedine Zidane yang mengantar Timnas Prancis berjaya dengan menjadi juara Piala Dunia 1998.
Tapi itu bukan berarti Platini tidak mempunyai laga yang berkesan saat berlaga di Piala Dunia. Legenda Les Blues berusia 59 tahun ini tidak akan pernah melupakan laga sengit penuh emosi pada semifinal Piala Dunia 1982 ketika berhadapan dengan Jerman.
Bagaimana Platini bisa melupakan laga yang paling menegangkan yang pernah dialami sepanjang kariernya. Bintang Juventus yang saat itu berusia 27 tahun sempat terpukul ketika melihat rekan satu timnya, Patrick Battiston terkapar tak sadarkan diri. Bahkan saat itu ia sempat mengira nyawa bek Les Blues itu tak bisa diselamatkan dan kemudian mencium tangannya.
"Ini adalah laga yang paling indah. Apa yang terjadi selama dua jam menjadi sebuah drama. Tidak ada film atau permainan yang bisa menyatukannya dengan banyak kontrakdiksi dan emosi. Semuanya lengkap, sangat kuat, dan luar biasa," ucap Platini.
Pada laga ini untuk pertama kalinya Platini merasakan ketegangan dalam adu penalti. Presiden UEFA ini mencetak gol dalam drama menegangkan itu meski akhirnya mereka harus melupakan impian lolos ke final dan menjadi juara.
Tapi paling tidak Platini merasa bangga telah mengantar timnya sampai ke semifinal untuk pertama kalinya. Meski gagal timnya mendapat simpati dari suporter saat kembali ke tanah air.
Sementara media-media di Eropa justru menyebut semifinal antara Prancis dengan Jerman ini sebagai laga yang paling brutal di Piala Dunia saat itu dan juga menyebut laga itu sebagai laga yang memalukan karena tak ada hukuman dari wasit untuk kubu Jerman dan kiper Harald Schumacher yang membuat Battiston tak sadarkan diri. Di Prancis Schumacher dijadikan sosok yang paling dibenci suporter Les Blues setelah penjahat perang Adolf Hitler.
Baca di Koran Super Ball, Kamis (3/7/2014)