TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Laga eksebisi antara Indonesia All Star melawan Juventus FC diwarnai dengan penggunaan papan iklan LED Perimeter hampir di sekeliling Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (6/8/2014).
Papan iklan digital ini hampir setara dengan perlengkapan yang digunakan di liga-liga Eropa. Di Indonesia, penggunaan alat semacam ini untuk kali pertama digunakan oleh Arema Indonesia di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada musim 2014.
Adalah Muhammad Mugni, pemilik sekaligus kepala operasional penggunaan papan iklan LED Perimeter. Pria asal Bandung ini menjadi pelopor bisnis iklan digital pertama di kancah sepak bola Tanah Air.
Kecintaannya terhadap sepak bola Indonesia membuatnya berani merogoh kocek Rp 5,5 miliar untuk mendatangkan alat berukuran 220x90cm itu. Meski belum balik modal, namun ia yakin bisnis penyewaan papan iklan LED itu akan mengalami prospek yang cerah di Tanah Air.
"Saya bercita-cita untuk memajukan bisnis sepak bola Indonesia yang lebih modern. Sekarang mungkin belum banyak yang tertarik, tapi saya yakin dua atau tiga tahun ke depan bisa jadi potensi yang cerah," ujar Mugni yang ditemui Super Ball di sela-sela sesi latihan Juventus FC.
Papan iklan digital milik Mugni sudah rutin digunakan saat Arema Indonesia tampil di kandang sejak awal musim 2014. Durasi kontrak 5 tahun pun sudah terjalin dengan manajemen tim berjulukan Singo Edan itu.
Alat ini pun cukup sukses memfasilitasi jalannya pertandingan pada laga eksebisi antara Arema kontra Hamburg FC, awal tahun 2014.
Biaya penyewaan per pertandingan bisa mencapai Rp 200 juta. Namun, harga penyewaan bisa turun hingga 50 persen jika mengikat kontrak jangka panjang seperti yang terjalin dengan Arema.
Penggunaan papan iklan LED itu difungsikan untuk menampung iklan lebih banyak. Sehingga jumlah sponsor yang ingin mempromosikan produknya ketika pertandingan berlangsung, bisa tertampung.
Nama-nama merek produk iklan bakal muncul bergantian setiap sepuluh detik di dua babak. Artinya, satu produk mendapatkan jatah dua kali muncul dengan durasi masing-masing 10 detik.
"Kalau klub-klub dan PT Liga paham akan keuntungan yang bisa didapat dari LED ini, mungkin industri sepak bola kita bisa berjalan. Saya harap ke depan mereka tidak melihat biaya yang dikeluarkan, tapi bagaimana potensi keuntungan yang bisa didapatkan," papar pria yang pernah menjadi pengurus Persikab Bandung, itu.