TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Djadjang Nurdjaman tak ingin formasi 3-5-2 yang dipilihnya menghadapi Semen Padang, Jumat (15/8/2014) menjadi kambing hitam kekalahan menyakitkan. Bermain di Stadin Haji Agus Salim, Padang, Persib takluk 1-3.
Melawan tim yang duduk di posisi dua klasemen sementara dan Persib Bandung yang bertekad meraih kemenangan sebagai bagian revans, Djadjang meninggalkan formasi 4-2-3-1. Absennya Tony Sucipto yang kena akumulasi kartu kuning membuatnya memilih keputusan lain. Jajang Sukmara yang menjadi pelapis Tony tak mendapat bagiannya.
Djadjang berinisiatif menumpuk tiga center back dengan memasukkan Abdul Rahman untuk menemani Vladimir Vujovic dan Ahmad Jufriyanto.
Supardi didorong sedikit ke depan menjadi wing back kanan dan M Ridwan yang biasa beroperasi di sayap kanan menjadi wing back kiri. Kebobolan tiga gol dengan formasi itu, Djadjang menganggap sebenarnya permainan timnya berjalan seperti biasa.
"Formasi tidak ada masalah. Ridwan disimpan di situ (kiri) jalan, Supardi juga jalan. Penguasaan bola cukup baik. Jadi sebenarnya tidak ada masalah," ujarnya dilansir persib.co.id.
Hanya, menurutnya, trio center back yang dimilikinya masih menyisakan catatan. Terutama dalam hal kecepatan. "Barisan pertahanan masih mudah dilewati pemain yang punya kecepatan dan berpostur kecil," ucapnya.
Khususnya Rahman dan Vladimir Vujovic memang kalah gesit dalam menutup ruang tembak Esteban Vizcarra dan Nur Iskandar. Vizcarra mencetak dua gol dalam laga itu. Sebenarnya, formasi 3-5-2 bukan formasi asing bagi Persib, apalagi bagi Djadjang. Pasalnya, formasi ini sering digunakan Persib di masa lalu.
Tapi penggunaan formasi 3-5-2 saat melawan Semen Padang, baru pertama lagi dilakukan. Selama menangani Persib, selain memakai 4-2-3-1, Djadjang juga sering menggunakan 4-4-2 atau 4-3-3.