TRIBUNNEWS.COM - Tim nasional Indonesia U-23 sudah menyatakan siap tempur untuk berjibaku kontra Korea Utara U-23, pada babak 16 Besar cabang Sepak Bola Asian Games 2014 Incheon, Jumat (26/9) petang ini. Partai yang dihelat di Ansan Wa Stadium, tim Merah Putih membawa misi khusus. Armada Aji Santoso mendapat suntikan masa lalu, tepatnya dalam periode Asian Games 1958, Tokyo, Jepang.
Kala itu, pasukan Tony Pogacknik berhasil membawa pulang medali perunggu, setelah pada perebutan tempat ketiga mampu menundukkan India dengan skor telak, 4-1. Peristiwa yang terjadi pada 1 Juni 1958 ini, selalu dikenang sebagai pencapaian tertinggi sepak bola Indonesia di arena multievent se-Asia tersebut.
Sebenarnya Tim Garuda sempat akan mengulangi lagi peristiwa di Tokyo, tepatnya pada gelaran Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan. Sayang, pada pertandingan yang berlangsung 3 Oktober itu, Indonesia harus takluk di tangan Korea Selatan dengan skor 0-4. Empat gol tuan rumah disumbang Cho Kwang-rae (29'), Choi Soon-ho (52', 75') dan Lee Tae-ho (67').
Tak heran, latar prestasi di Tokyo 1958, menjadi dorongan tersendiri bagi Dedi Kusnandar dkk untuk meraih kemenangan atas Korea Utara. Jika dulu ada nama-nama seperti Maulwi Saelan (PSM Makassar), Paidjo (Persema), Chairuddin Siregar (Persija]), Ramlan Yatim (PSMS), Kwee Kiat Sek (Persija), Tan Liong Houw (Persija), sampai Aang Witarsa (Persib), kini saatnya generasi pilihan Aji Santoso untuk meraih hasil maksimal.
Kali ini Indonesia memiliki Andritany Ardhiyasa, Dany Saputra, Victor Igbonefo, Ramdani Lestaluhu, Dedi Kusnandar, Achmad Jufriyanto, Bayu Gatra, Alfin Tuasalamony dan bomber yang tengah on fire, Ferdinand Sinaga.
Pelatih Aji Santoso mengakui, timnya dalam kondisi siap tempur, dan tak lagi terpengaruh dengan hasil akhir di fase grup, yakni kalah telak dari Thailand (0-6). "Semua pemain ingin menggapai prestasi maksimal, bahkan kalau bisa sampai final. Fokus kami menghadapi Korea Utara, dan seluruh energi akan maksimal di situ," tegasnya, kemarin.
Meski di atas kertas Korea Utara lebih diunggulkan, Aji tak ingin anak asuhnya minder. Itu pula yang ada di kepala kiper Andritany Ardhiyasa. Melalui akun Twitter-nya, kiper Persija Jakarta tersebut yakin kalau kerja keras dan keajaiban akan menaungi langkah Timnas Indonesia U-23 saat bersua Korea Utara. "Saya harap keajaiban itu datang bersamaan bareng kami di lapangan," tulisnya.
Nada optimisme juga datang dari Nusanatara. Mantan pesepakbola nasional, Imran Nahumarury, menilai timnas Indonesia U-23 harus mewaspadai permainan timnas Korea Utara U-23. Menurutnya, lawan memiliki semangat bertanding yang tinggi.
Di atas kertas timnas U-23 Indonesia memiliki peluang kecil untuk meraih kemenangan. Sejarah menunjukkan Indonesia belum pernah meraih kemenangan atas Korea Utara di semua ajang internasional.
Catatan ini mengacu pada pertemuan kedua tim di level senior. Dari tujuh pertemuan kedua tim, Indonesia enam kali menelan kekalahan.
Dari total pertemuan itu Indonesia baru sekali menahan imbang Korea Utara. Satu-satunya hasil imbang itu terjadi ajang Kualifikasi Piala Dunia 1990 di Jakarta, 21 Mei 1989. Ketika itu Indonesia menahan imbang Korea Utara tanpa gol.
Sejarah juga menunjukkan sejak Asian Games menerapkan format tim U-23, pada 2002, Korea Utara kerap berhasil melewati babak 16 besar. Pada edisi 2002, 2006, dan 2010, langkah Korea Utara selalu terhenti pada babak perempat final. Sedangkan Indonesia baru sekali berpartisipasi sebelum Asian Games 2014. Pada 2006 di Qatar langkah mereka terhenti pada fase grup tanpa kemenangan, sekali imbang, dan dua kali kalah.
"Permainan Korea Utara lebih condong ke permainan khas tim-tim Eropa Timur. Mereka sangat disiplin dan semangat bertanding mereka sangat tinggi. Kita harus memperhatikan hal tersebut," tutur Imran, kemarin.
Imran menilai teknik pemain Korea Utara sebenarnya sama dengan tim lain, termasuk Indonesia. Namun demikian, teknik yang sesuai rata-rata tersebut ditutupi dengan daya juang yang tinggi. "Kita harus bermain normal dengan prioritas pada pertahanan. Kita juga tidak bisa bermain terbuka, apalagi permainan mereka lebih rapi," jelas mantan gelandang Persija Jakarta dan Persib Bandung ini.
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Nil Maizar, menyebut Korea Utara sebagai tim yang bagus. Baginya, Tim Garuda seharusnya tak kalah dari sisi gabungan kekuatan dan kecepatan.
Nil pernah menghadapi Korea Utara pada ajang SCTV Cup 2012. Ketika itu tim besutan Nil menelan kekalahan 0-2 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Dari pengalaman itu, Nil menilai skuat asuhan Aji Santoso harus mewaspadai semangat bertanding timnas Korea Utara.
Meski di atas kertas permainan timnas Korea Utara U-23 lebih bagus daripada timnas Indonesia, bukan berarti mereka tidak mewaspadai anak asuhan Aji Santoso. Lawan akan memberikan perhatian lebih kepada penyerang Indonesia, Ferdinand Sinaga.
"Korea Utara sebenarnya takut terhadap kekuatan kita. Ferdinand Sinaga akan menjadi pemain yang akan diwaspadai Korea Utara. Pencapaian tujuh gol Ferdinand sejauh ini pasti membuat Korea Utara akan mewaspadai pergerakannya," ujar Imran.
Sejauh ini Ferdinand Sinaga bermain gemilang di Incheon. Penyerang Persib Bandung itu mencetak empat gol ke gawang Timor Leste pada laga perdana. Ferdinand melanjutkan penampilan gemilangnya ketika mencetak hattrick ke gawang Maladewa pada laga kedua. Aji Santoso kemudian hanya menjadikan Ferdinand sebagai pemain pengganti ketika kalah 0-6 dari Thailand.
Indonesia melaju ke babak 16 besar sebagai runner up Grup E. Sedangkan Korea Utara berstatus juara grup F usai mengungguli Tiongkok dan Pakistan. Dari dua pertandingan, Korea Utara mencetak lima gol dan belum pernah kemasukan gol. Indonesia, yang mencetak 11 gol pada tiga pertandingan menelan kekalahan 0-6 dari Thailand pada laga terakhir.