Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - West Ham United melahirkan pemain bintang. Dia adalah Diafra Sakho. Striker asal Senegal itu mengaku termotivasi dan ingin mengikuti jejak Didier Drogba, pemain Chelsea dalam upaya bersaing di kompetisi Premier League.
Pemain berusia 24 tahun itu telah mencetak lima gol dari lima penampilan sejak bergabung dari Metz di bursa transfer musim panas ini.
Setelah mencetak gol untuk mengantarkan West Ham menang 2-0 atas Queens Park Rangers pada hari Minggu (5/10/2014), Sakho mengungkapkan bahwa Drogba, merupakan salah satu striker paling ditakuti yang juga merupakan pahlawan bagi dirinya.
“Dia membuat saya memilih nomor punggung 15 di West Ham United (Didier Drogba memakai nomor punggung 15 di Chelsea). Aku suka bagaimana dan cara dia bermain. Saya berpikir permainan di Inggris membutuhkan orang-orang seperti Didier Drogba dan saya menjadikan dia sebagai contoh,” ujar Diafra seperti dilansir dailymail.
Sakho memulai karier sepak bola di Metz. Dia membela klub yang berkompetisi di Ligue 1 itu selama lima tahun sejak 1999. Kakak dua orang adik itu mencetak 44 gol dari 114 penampilan.
Tampil cemerlang di level klub membuatnya mendapatkan panggilan membela tim nasional Senegal. Debut dijalani di laga melawan Burkina Faso pada 21 Mei 2014.
Hanya berselang empat hari dari penampilan perdana membela Les Lions de la Teranga, julukan Senegal, dia membuat gol untuk memastikan kemenangan 3-1 atas Kosovo.
Pemain ini mempunyai pergerakan individu di atas rata-rata pemain lain, ditunjang postur tubuh yang tinggi tegap membuatnya sering kali unggul dalam duel udara.
“Saya melihat Diafra Sakho sebagai pemain yang berasal dari klub divisi dua Liga Prancis dan bermain untuk West Ham. Di beberapa pertandingan dan menjadi pemain kunci. Gol yang dicetak ke gawang QPR menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan individu,” puji manajer West Ham United, Sam Allardyce.
Pujian yang diarahkan kepadanya membuat sang pemain senang. Sebab, dulu Diafra mengklaim bahwa dirinya nyaris gagal bergabung karena pelatih Sam Allardyce meragukan kualitasnya. “Saya selalu ingin bermain di Inggris dan ketika West Ham datang untuk saya di musim panas, saya pikir ini saatnya,” ujarnya di The Mirror.
“Tetapi kemudian kesepakatan mulai runtuh, saya pikir pelatih memiliki keraguan dan saya menolak untuk kembali ke Prancis. Beruntung, [pemilik klub] David Sullivan mengintervensi dan mengatakan bahwa dia akan merekrut saya dengan status permanen. Itu adalah kesempatan yang saya butuhkan,” kata pemain yang terinspirasi kematian sang ayah ketika dia berusia dua tahun. Ini membuatnya berupaya meraih yang terbaik selama karier sepak bola.