TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Mantan Pelatih Fisik Tim Nasional Senior AFF 2013 Lili Kurniadi mengatakan pembentukan tim nasional Indonesia sering mengabaikan rasa aman dalam diri para pemain. Ini yang terkadang membuat konsentrasi pemain menjadi terbelah karena memikirkan jaminan keamanan. Adapun rasa aman itu meliputi gaji tepat waktu, jaminan pendidikan dan pekerjaan pemain. Dengan demikian, ia bisa fokus dan tidak lagi memikirkan urusan masa depan keluarganya.
"Jaminan rasa aman dalam diri atlet itu sering menjadi kendala memotivasi atlit. Gaji tidak sesuai, terlambat diterima dan pemberian bonus," ujar Lili Kurniadi kepada Harian Super Ball, Kamis (9/10/2014).
Lili mengatakan lantaran faktor itu yang membuat motivasi atlit dalam berjuang menurun yang berdampak langsung terhadap prestasinya. Apalagi pemain level tim nasional yang direkrut PSSI itu bukan direkrut di atas kontrak, melainkan kontrak mereka tetap dengan klub masing-masing.
"Ini berpengaruh signifikan terhadap prestasi. Pemian level timnas kan tidak di kontrak, saya tidak faham dengan official tim, coaches dan sebagainya," ujarnya.
Jaminan rasa aman ini, kata Lili merupakan salah satu dari lima poin pada faktor internal yang wajib diperhatikan dalam pembentukan tim. Ia menyebutnya tujuh faktor yang perlu diperhatikan dalam membentuk tim kuat atau ideal.
Tujuh faktor itu terbagi dalam faktor Eksternal, terdiri dari dua poin, yakin ketersediaan sarana dan prasarana untuk atlit maupun tim yag memadai dan tepat guna antara kebutuhan dengan ketersediaan; dan sisanya faktor internal terbagi dalam lima poin.
Kelima poin itu diantaranya meliputi teknik, taktik dan strategical yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Fisik yang memadai serta aspek psikologi juga sangat menentukan.
Pembentukan tim nasional Indonesia U-19, yang diasuh oleh Pelatiih Indra Sjafri yang telah menerapkan sistim modern dan memberikan jaminan rasa aman terhdap pemainnya. Bukan persoalan finansial semata, akan tetapi Indra pun memberikan bimbingan dan menyiapkan masa depan anaknya sampai dewasa kelak.
Urusan pendidikan, misalnya seluruh skuat Garuda Jaya merupakan mahasiswa di Universitas Gajah Mada (UGM) yang masuk melalui jalur prestasi. Begitu juga dengan karir sepak bola, Indra meminta kepada pemainnya untuk mengabil kursus kepelatihan, sehingga setelah sudah tidak lagi produktif sebagai pemain maka mereka bisa meneruskan perjuangan di sepakbola sebagai pelatih.