TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Ketua Umum Persis Solo F.X Hadi Rudyatmo meminta PSSI agar mengganti anggota Komisi Disiplin (Komdis) yang bertindak semena-mena menjatuhkan hukuman tidak ada kegiatan sepak bola terhadap Persis Solo tanpa melakukan penyelidikan di lapangan.
"Saya meminta PSSI segera mengganti anggota Komdis yang tanpa investigasi, penyelidikan, dan menggelar sidang langsung menjatuhkan sanksi kepad Persis," kata F.X. Hadi Rudyatmo yang juga sebagai Wali Kota Surakarta, di Solo, Senin.
Menurut Rudyatmo yang juga mantan anggota Komite Nomarlisasi (KN) PSSI itu, pihaknya menilai kerusuhan suporter yang menelan satu korban jiwa tersebut di luar stadion atau usai pertandingan Persis Solo melawan Martapura FC, sehingga tidak mengganggu jalannya pertandingan.
"Saya sudah minta PSSI agar jangan menjatuhkan sanksi terlebih dahulu sebelum mereka melakukan penyelidikan dan penyidikan, kemudian menggelar sidang," kata Rudyatmo.
Menurut dia, jika sepak bola di Indonesia khususnya PSSI masih berlaku wasit bisa memenangkan pertandingan terhadap tim yang membayar, dan sebaliknya yang tidak membayar akan dipermainkan seperti Persis. Hal ini, Indonesia kapan bisa maju sepak bolanya.
Pihaknya meminta agar pertandingan Persis melawan Martapura FC dapat diulangi kembali, karena wasit telah menghentikan pertandingan ketika waktu kurang sekitar tiga menit.
Bahkan, pihaknya juga meminta kepada Timnya yang akan bertanding ke Borneo FC Samarinda Kalimantan Timur, untuk mundur karena Panitia Penyelenggara dan aparat keamanan setempat tidak memberikan perlindungan kepada pemain dan ofisial.
Manajer Persis Solo Totok Supriyanto setibanya di Solo, mengatakan, timnya tidak jadi bertanding melawan tuan rumah Borneo FC di Stadion Segiri, Minggu (26/10), karena kondisi tidak memungkinkan.
Persis setibanya di Stadion Segiri Samarinda, Sabtu (25/10), ingin mencoba lapangan, kata dia, sekitar 60 orang melempari dan menggedor-gedor bus yang ditumpangi pemain. Mereka terus melempari bus hingga kaca-kaca pecah, dan tidak ada perlindungan dari Panpel maupun polisi.
Sopir bus kemudian melarikan bus yang ditumpangi pemain Persis ke Polsek terdekat, tetapi kepolisian tidak memberikan perlindungan sebelum ada izin Kapolres. Pihaknya kemudian menghubungi Detasemen Polisi Militer (Denpom) setempat untuk mengawal dari Samarinda menuju Balikpapan sekitar 11.30 WIB.
"Kami kemudian setibanya di Balikpapan, sekitar pukul 02.30 WIB, baru dijemput anggota kepolisian untuk menuju ke Bandara Sepinggan. Kami tidak ada perlindungan baik dari Panpel maupun kepolisian di Samarinda, maka kami mencari aman lebih baik pulang," katanya.
Menurut dia, sejumlah pemain memang selamat dari leparan batu warga Samarinda, tetapi satu asisten pelatih mengalami cedera terkena pecahan kaca.