TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Slemania, kelompok suporter PSS Sleman, menggelar aksi di depan kantor PT Putra Sleman Sembada (PSS) di Maguwoharjo, Jumat (21/11).
Aksi itu sebagai reaksi kekecewaan atas sanksi yang dijatuhkan Komdis PSSI kepada pemain dalam kasus PSS vs PSIS yang dinilai penuh pelanggaran sportivitas lantaran berakhir dengan lima gol bunuh diri.
Selain pemain, ofisial dan pelatih juga dikenai sanksi bervariasi. Pelatih Herry Kiswanto juga mendapat sanksi sangat berat karena dilarang terlibat di sepak bola seumur hidup.
Di sisi lain, Supardjiono sebagai Direktur PT PSS yang menaungi klub, justru tidak langsung mendapat sanksi. Komdis menunda memberi sanksi kepada Supardjiono.
Dalam aksi itu Slemania mengajukan beberapa tuntutan.
"Kami butuh transparansi dalam kasus ini. Kami kecewa karena manajemen justru mengorbankan pemain. Bahkan salah satu korban, yakni Eri Febrianto (Sekretaris PSS) mengaku bila dia dipaksa berkorban demi tim," kata Lilik Yulianto, Plt Ketua Umum Slemania.
Menurut Lilik, Eri diminta mengaku saat disidang Komdis. Sebagai 'imbalan' atas pengakuan itu, PSS akan lepas dari sanksi.
"Eri menjelaskan hanya disidang selama 15 menit. Dia diminta mengaku sebagai otak sepak bola gajah agar PSS lolos sanksi. Ternyata, PSS tetap dihukum termasuk dia yang dilarang terlibat di sepak bola seumur hidup. Padahal, kami yakin Eri tidak punya peran. Dia hanya sekretaris tim dan saat laga melawan PSIS dia tidak ada di pertandingan itu," jelasnya.
Dalam aksinya, ratusan Slemania menyegel pintu kantor PT PSS yang tertutup rapat. Hal itu simbolisasi kekecewaan terhadap sikap manajemen.
“Kami segel kantor ini. Musim depan semua yang di manajemen sudah tidak ada lagi. Mereka harus mengundurkan diri," teriak Joni, salah satu Slemania.