News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala AFF 2014

ISL Biang Keterpurukan Timnas: Hidup Mati Sepakbola Indonesia Cuma di Tangan Dua Orang

Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raut muka para penggawa Tim Merah-Putih usai ditaklukkan Filipina 0-4.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus S Pradipto

TRIBUNNEWS.COM – Biang keterpurukan tim nasional Indonesia adalah kompetisi Liga Super Indonesia (Indonesian Super League/ISL).

Imbasnya, pelatnas tidak pernah berjalan secara optimal. Hal tersebut disampaikan oleh pengamat sepak bola nasional, Tondo Widodo, melalui akun Facebook miliknya, Rabu (26/11/2014).

Menurut Tondo, pemain tim nasional lebih suka membela klub daripada mengikuti pelatnas. Para pemilik klub juga tidak ingin melepas pemain-pemainnya.

“Otoritas sepakbola Indonesiapun (PSSI) ibarat panti jompo yang tak berbuat apapun melihat ketimpangan ini padahal ada regulasi yang mengatur tentang pemain klub yang dipanggil untuk pelatnas,” tulis Tondo.

Tondo memberi contoh di negara-negara Eropa, pelatnas cukup digelar selama dua pekan dan mampu menghasilkan tim yang tangguh.

Ini bisa terwujud karena kompetisi di sana benar-benar membentuk pemain yang selalu siap. Menurut Tondo, ketika hal tersebut diaplikasikan di Indonesia selalu gagal kapanpun waktunya.

“Pengelola kompetisi ISL seolah tidak pernah sinkron dengan pengelola timnas (Badan Tim Nasional). Jalan sendiri-sendiri, yang satu membawa kompetisi di mana AFC atau FIFA, yang satunya membawa nama bangsa dan negara. Mana yang didahulukan? Simalakama atau simelekete,” kata Tondo.

Tondo memaparkan solusi atas ketidaksinambungan ini. Menurut Tondo, sebaiknya kedua pejabat penting di persepakbolaan Indonesia, La Nyalla Mattalitti (Ketua BTN) dan Joko Driyono (CEO PT Liga Indonesia), bertukar tempat. La Nyalla mengelola kompetisi, sedangkan Joko Driyono mengelola tim nasional.

“Toh mati hidupnya sepakbola di Indonesia itu hanya ada di tangan mereka berdua. Di mana Ketua Umum? Di mana para Exco? Tanya rumput yang bergoyang,” ujar Tondo.

Timnas Indonesia memiliki peluang yang tipis untuk lolos ke babak semifinal Piala AFF 2014. Hingga pertandingan kedua babak penyisihan grup, skuat asuhan Alfred Riedl baru mengoleksi satu angka. Di grup A, posisi timnas berada di peringkat ketiga setelah Filipina dan Vietnam.

Pada laga terakhir, Indonesia harus menumbangkan timnas Laos di Hang Day Stadium, Jumat (28/11/2014). Namun demikian, timnas Indonesia juga harus berharap timnas Vietnam tumbang di tangan Filipina.

Jika itu terjadi, perolehan angka Indonesia dengan Vietnam akan sama, yaitu empat. Namun demikian, Indonesia memiliki selisih gol yang lebih buruk daripada Vietnam. Dari dua pertandingan, selisih gol Indonesia adalah -4, sedangkan Vietnam +3.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini