TRIBUNNEWS.COM, MARAKESH - JURANG antara Real Madrid kontra San Lorenzo yang bertemu di final Piala Dunia antarklub di Stadion Marrakach, Maroko, Minggu (21/12) sungguh teramat lebar. Perbedaan kasta itu meliputi hampir seluruh aspek. Laga final ini layak disebut duel Goliath vs David, tapi dengan akhir cerita berbeda dimana yang lebih kuat, dan lebih kaya yang menang.
San Lorenzo, klub asal Argentina juara Amerika Selatan ini menghabiskan dana tiga juta euro (sekitar Rp 46 miliar) untuk membeli sekitar enam atau tujuh pemain terbaiknya musim ini. Sedang Real Madrid menggelontorkan 80 juta euro (Rp 1,25 triliun) hanya untuk menghadirkan seorang James Rodriguez. Perbedaan nilai finansial yang membuat miris.
Ada lagi perbedaan kontras lain: jumlah gelontoran gol seorang Cristiano Ronaldo di Real Madrid musim ini, ternyata hampir sebanding dengan jumlah seluruh gol San Lorenzo di berbagai kompetisi.
Dari 51 partai di berbagai kompetisi, Ronaldo telah mencetak 56 gol (rasio golnya 1,1 gol/gim). Sedang San Lorenzo telah berlaga 56 kali dengan 66 kali gol (rasio gol/gim 1.18).
Di La Liga, CR7 sudah menceploskan 24 gol. Bandingkan dengan top skor San Lorenzo, Mauro Matos, yang mencetak gol kemenangan di injury time ke gawang Auckland City 2-1, yang musim ini baru mencetak sembilan gol.
Musim ini, Madrid menggila dengan mengemas 21 kemenangan beruntun di berbagai kompetisi, dan sekarang kokoh di pemuncak klasemen La Liga dengan 39 poin dari 15 kali bermain. Sedang Lorenzo terseok di peringkat delapan Liga Argentina dengan 26 poin dari 19 laga. Lima laga terakhir mereka tiga kali kalah.
Tengok pula kualitas para penggawa kedua tim secara keseluruhan. Bangku Real Madrid diisi para pemain bintang terbaik dari kolong jagat, yang malang melintang di Piala Dunia di Brasil lalu. Sedang di bangku San Lorenzo tercatat hanya seorang pemain yang berkiprah di Piala Dunia 20014 yakni bek asal Kolombia, Mario Yepes yang kini berusia 38 tahun!
Jangan lupakan ancaman Pelatih Madrid, Carlo Ancelotti yang menyebut tenaga Ronaldo disimpan untuk babak final ini. Pada semifinal saat menggulung Cruz Azul 4-0, CR7 memang tak mencetak gol. "Tenaganya akan diledakkan di final nanti," kata Don Carlo menakut-nakuti.
Los Blancos pastinya tak mengenal kata kasihan untuk laga final tersebut. Mereka ingin memuaskan dahaga para Madridista di Maroko yang sambutannya sangat luar biasa. Ronaldo dkk siap menjadikan San Lorenzo lumbung gol sebagai pemanis rekor 22 kemenangan beruntun di berbagai kompetisi.
Toh, sekalipun dipandang remeh, wakil Argentina ini pantang kalah sebelum menyerah. Mereka bertekad bertarung dengan "pisau di sela-sela gigi" yang menggambarkan hasrat bertarung mati-matian.
"Kita akan terus kejar bola, tahan pemain mereka agar jangan sampai melewati kita. Kita akan bertarung sampai mati," demikian tekad Gelandang San Lorenzo, Leandro Romagnoli.
"Kita jangan terlalu silau oleh kekuatan Madrid. Kita jangan memberi mereka ruang untuk bergerak bebas. Kita harus bertarung seperti ksatria," katanya coba membangkitkan semangat.
Selain bermodal semangat, San Lorenzo pun harus berharap banyak pada keajaiban untuk bisa mewujudkan mimpi mereka jadi tim pertama asal Argentina yang bisa memenangi Piala Dunia Antarklub ini.
Pelatih Lorenzo, Edgardo Bauza pun coba meniupkan optimisme pasukannya. "Saya 100% percaya kita punya kesempatan untuk mengejutkan. Kamu harus punya mimpi besar untuk bisa meraih kemenangan besar," ujar Bauza yang pernah mengantar klub Ekuador, LDU di final antarklub Dunia pada 2008 melawan Manchester United ini. (Tribunnews/den)