TRIBUNNEWS.COM - Luar biasa aksi Christian Eriksen di paruh musim Premier League ini. Gelandang serang berusia 22 tahun tersebut jadi top skor Tottenham Hotspur setelah menjaringkan tujuh gol dari 19 penampilan di Premier League.
Musim 2013/14 lalu saat pertama bergabung dari Ajax pada Agustus, ia menjaringkan tujuh gol dari total 25 kali berkiprah di Premier League selama 1992 menit.
Musim ini, baru separuh musim, atau 19 laga, ia sudah menyumbangkan tujuh gol, dan sebiji asis. Hal tersebut menunjukkan perkembangan luar biasa dari gelandang asal Belgia tersebut.
Eriksen yang biasa beroperasi sebagai gelandang serang tepat di belakang striker tunggal ini terbukti menjadi motor The Lilywhite musim ini. Ia pun secara tak langsung ikut menggenjot performa penyerang muda, Harry Kane untuk terus produktif mencetak gol.
Pemain kelahiran Middelfart, Denmark, 14 Februari 1992 ini memang jadi pemain yang sempurna untuk skema dari pelatih Spurs, Mauricio Pochettino.
Jauh sebelum tiba di London Utara, Eriksen telah digadang-gadang sebagai salah satu pemain muda paling bertalenta di Eropa. Ia masuk sebagai salah satu kandidat penerima trofi European 2011 bersama Eden Hazard, Thiago Alcantara, Jack Wilshere, dan Mario Gotze --yang kemudian terpilih sebagai pemenang.
Para kandidat di generasi tersebut, terbukti kemudian menjadi pemain mumpuni yang jadi motor di masing-masing klub yang dibelanya.
Tak butuh waktu lama bagi Eriksen untuk kemudian hengkang dari Ajax ke klub besar di Inggris. Awalnya ia banyak dihubungkan dengan Liverpool. Secara mengejutkan, gelandang muda ini akhirnya ternyata memilih berlabuh di Stadion White Hart Lane.
Saat bergabung Spurs pada 2013 dengan nilai kontrak 11.5 juta pound, Eriksen mencanangkan tekadnya untuk jadi pemain bintang. "Menyenangkan melihat barisan pemain hebat di klub ini, dan saya ingin menjadi salah satu di dalamnya."
Musim ini, Eriksen sukses mewujudkan cita-citanya jadi pemain utama Spurs. Ia selalu dipasang dalam starting line-up. Tak hanya itu, berkat konsistensinya bermain, ia pun kini ditahbiskan sebagai salah satu gelandan serang paling bertalenta di Premier League.
Pemain dengan tinggi 1.77 meter ini mencatatkan rata-rata dua umpan kunci di setiap laga, tertinggi dari para pemain Spurs lain. Kemampuannya semakin lengkap dengan perbendaharaan tujuh golnya di Premier League yang membuatnya terproduktif di The Lilywhite.
Tajam saat menyerang, dan kuat dalam bertahan menjadi amunisi utama Eriksen hingga menjadi gelandang yang disegani lawan.
Laga saat Spurs menekuk Everton 2-1 (30/11) menjadi bukti nyata kemampuan komplet seorang Eriksen. Selain mencetak gol, ia pun sukses melakukan enam kali tekel mulus, yang hanya bisa dilewati Bek kiri Everton, Sylvain Distin dengan catatan tujuh tekel.
Musim ini, di Spurs hanya Gelandang box to box Moussa Dembele yang nila tekelnya tiap pertandingan bisa melewati rapor tekel Eriksen. Dembele mencapai rasio 2.1 tekel/gim, sedang Eriksen 1.9. Namun, Eriksen punya catatan interception lebih aprik dengan 0.6/gim, bandingkan dengan Dembele yang hanya 0.3/gim.
Di tangan Pochettino, Eriksen telah berkembang dengan maksimal, sama seperti dua gelandang serang lain, Oscar, dan Philippe Coutinho di Chelsea, dan Liverpool.
Di Spurs, Eriksen berada dalam posisi yang menuntutnya untuk terus bermain dengan tempo tinggi, dan bisa bekerja-sama dengan striker tunggal untuk terus menekan lawan. Namun, ia pun sekaligus juga dituntut untuk bisa jadi pemain pertama di garis pertahanan.
Tantangan tersebut, sejauh ini berhasil dilakoni dengan sempurna oleh Eriksen. Karenanya, ia memang patut disebut sebagai salah satu gelandang sempurna di Premier League. (Tribunnews/den)