TRIBUNNEWS.COM - LA Liga sudah melewati setengah musim, dan Kiper Barcelona, Claudio Bravo baru merasakan sembilan kali kebobolan dari 19 laga. Ini rekor setengah musim terbaik di La Liga sejak kiper Kiper Deportivo, Francisco Liano mengemas rekor cuma kemasukan enam gol pada paruh pertama musim 1993/1994.
Kiper asal Cile ini rata-rata hanya kebobolan 0,48 gol tiap gim. Sejauh ini, angka tersebut lebih baik ketimbang rasio rata-rata seluruh penyandang Trofi Zamora --trofi untuk kiper terbaik-- sejak 1993/94 lalu.
"Dia pengganti yang tepat untuk Victor Valdes. Ia bisa beradaptasi secara cepat dengan gaya bermain Barcelona. Kedua kakinya, sama bagusnya dengan kedua tangannya," ujar Liano yang sampai saat ini masih tercatat sebagai pemegang rekor paling minim kebobolan, hanya 18 gol dalam satu musim di La Liga.
Padahal, Bravo tadinya diplot hanya akan jadi kiper kedua sepeninggal Victor Valdes. Posisi kiper utama tadinya akan diisi oleh Marc-Andre ter Stegen diboyong dari Borussia Moenchengladbach dengan harga 12 juta euro.
Cedera yang dialami ter Stegen di awal musim, membuat kubu Barca menunjuk Bravo di bawah mistar. Siapa nyana, kiper asal Colo-colo yang dibeli dengan 12 juta euro ini tampil begitu gemilang.
Kiper 32 tahun ini tercatat sukses melakukan 12 kali clean sheet dalam 19 kali laga. Ini berarti, hanya tujuh klub yang bisa membobol gawangnya.
Hebatnya lagi, dari tujuh klub tersebut, hanya Real Madrid yang bisa mencetak lebih dari dua gol, Klub lainnya seperti Celta, Almeria, Sevilla, Espanyol, Real Sociedad, dan Atlético hanya bisa sekali membobol gawang Bravo.
Aksi gemilang Bravo membuatnya statusnya dipermanenkan sebagai kiper nomor satu, dan Ter Stegen mau tak mau menjadi kiper kedua.
Dengan baru kemasukan sembilan gol, Barca jadi tim dengan pertahanan terbaik sejauh ini. Tim dengan pertahanan terbaik berikutnya adalah Real Madrid (15 kali kegolan) dan Sevilla, Valencia, serta Villarreall (17 kali kegolan).
Tak pelak, Bravo adalah calon kuat penyandang trofi Zamora musim ini. Namun, sang kiper menyebut kuatnya mistar gawang Barca musim ini adalah hasil dari kerja kolektif, dan bukan hasil usahanya seorang diri.
"Itu semua menjadi terlihat impresif karena kami adalah tim yang selalu bermain menyerang. Mereka (lawan) tidak mencetak gol, dan itu adalah hal yang bagus. Tapi yang terpenting adalah saat lawan mencetak gol maka kami harus membuat gol lebih banyak lagi," katanya di Marca.