TRIBUNNEWS.COM - Keberadaan Pelatih Iran, Carlos Queiroz membuka peluang negara tersebut untuk mengembalikan kejayaan setelah 39 tahun puasa gelar di ajang Piala Asia. Di tangan Queiroz, mereka keluar sebagai juara grup C, dengan angka sempurna.
Tim berjuluk "Pangeran Persia" ini menyabet tiga kemenangan dari Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Qatar, tanpa kebobolan. Mereka punya ambisi melanjutkan tren kemenangan di turnamen tersebut ketika menghadapi negara tetangga, Irak.
Harapan itu bukan isapan jempol belaka. Dalam sejarah pertemuan kedua tim, Iran menang sebanyak 14 kali. Sementara Irak hanya menang empat kali. Sementara enam laga sisa menuai hasil imbang. Pengalaman Queiroz sebagai pelatih bukan tidak mungkin membawa Iran memperpanjang catatan bagus tersebut.
Queroz adalah pelatih yang sudah mengecap asam garam. Selama lima tahun, pria berusia 61 tahun itu, menghabiskan waktunya sebagai asisten Alex Ferguson, pelatih Manchester United. Wawasannya mengenai taktik dan strategi dalam permainan sepakbola tak perlu diragukan. Karenanya, ia sempat menerima tawaran melatih Real Madrid musim 2003/2004. Ia juga pernah menangani Timnas Portugal tahun 2008-2010.
“Dia jelas belajar telah banyak dari Alex Ferguson selama di Manchster United. Dan dia punya gaya sendiri,” ucap Ned Zelic, eks pemain timnas Australia yang juga pengamat sepak bola, seperti dikutip dari situs The Sidney Morning Herald.
Karenanya, Zelic tak ragu menilai Queiroz punya kans membawa timnya melaju ke babak semi final Piala Asia 2015. Dengan kata lain Iran akan membuat pemain Irak angkat koper lebih cepat.
Queiroz bukan faktor satu-satunya. Skuad Iran banyak dihuni pemain yang berkualitas. Beberapa di antaranya bermain di liga-liga Eropa. Alireza Jahanbakhsh, andalan di lini depan bermain di NEC, sebuah klub Belanda.
Begitu juga Sardar Azmoun yang bermain untuk klub Rubin Kazan, Rusia. Sejumlah pemain senior yang sarat pengalaman juga menghuni skuad. Misalnya Andranik Timotian-Samarani.
Pemain berusia 31 tahun itu pernah bermain untuk Fullham, Barnsley, dan Bolton. Begitu juga sang kapten Javad Nekounam yang pernah berseragam Osasuna.
“Saya katakan kepada pemain, menang adalah segala-galanya. Bukan untuk kalah. Tetapi untuk mencapainya tidaklah mudah. Sangat penting untuk tetap fokus dan berkonsentrasi dalam tugas dan tanggung jawab di lapangan,” ucap Queiroz dikutip Brisbanetimes.com.au.
Kehadiran ribuan pendukung Iran di stadion juga memiliki pengaruh terhadap motivasi pemain di lapangan. Seperti di laga perdana menghadapi Bahrain. Ada sekitar 17 ribu lebih pendukung Iran memadati stadion AAMI Park Melbourne.
Mereka terus bersorak sepanjang pertandingan. beberapa di antaranya mengibarkan bendera warna hijau putih merah. Suasana tersebut membuat para pemain seperti di Teheran.
Di sisi lain, Irak juga punya harapan membuat sejarahnya sendiri di Piala Asia 2015. Mereka berkeinginan mengulang kesuksesan pada 2007 ketika mengangkat trofi juara.
Pelatih Irak, Radhi Shenaishil percaya timnya bisa melakukannya apabila mengaklahkan Iran, untuk melangkah ke babak semi final. “Saya yakin kalian akan melihat Irak di babak final,” ucapnya seperti dikutip situs resmi FIFA.
Namun, laga menghadapi Iran tak akan mudah. Pertahanan mereka kokoh karena belum sekalipun kebobolan. “Mereka adalah tim yang kuat,” lanjutnya.
Karenanya, Shenaishil sudah mempersiapkan rencana dengan berbagai kemungkinan yang terjadi. Misalnya laga imbang sampai perpanjangan waktu dan harus dilanjutkan adu penalti. (Tribunnews/wil)