Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Anggota Tim Ad Hoc Sinergi bentukan PSSI, Rudy William Keltjes mengatakan untuk mengejar prestasi dibutuhkan perbaikan di tubuh PSSI. Mantan penasehat teknik Tim Nasional Indonesia U-19 ini mengatakan dari sisi materi pemain, perlu dilakukan pembenahan yang dimulai dari klub.
Alasannya, karaktek pemain itu ditempa dan terbentuk dari klub. Jika di klub pemain itu memiliki karakter baik, maka begitu dipanggil ke tim nasional pun tak akan berubah. "Sebaliknya kalau diklubnya saja sudah nggak disiplin, tempramen, dan nggak patuh terhadap instruksi pelatih, ya repot," ujar Rudy William Keltjes kepada Harian Super Ball.
"Semua berpulang pada klub. Kalau brengsek, bagaimana di nasionalnya mau baik," ujarnya.
Rudy, yang juga pernah menjadi pelatih Tim Nasional Indonesia U-19 B, sebelum digantikan Rully Nere itu menjelaskan masih banyak praktek keliru yang menghambat kemajuan klub. Praktek ini kata dia masih jauh dari profesioanal. Misalnya, banyak pelatih yang tunduk terhadap manajer klub, selaku 'bos' yang memberikan pekerjaan dan membayar upahnya. Sehingga tak jarang pelatih memilih bermain 'aman' dan tunduk terhadap keinginan manajer.
"Banyak pelatih di klub tak berdaya menghadapi keinginan manajer. Karena takut kehilangan pekerjaan. Padahal status pelatih dan manajer itu partner, sejajar," ujarnya.
Selain itu, mantan pelatih PSM Makassar ini menambahkan banyak pelatih yang tidak berani mengatur pemain bintang. Sehingga pemain bintang ini mendapatkan pelayanan istimewa di klub. Akibatnya, muncul kecemburuan dalam tim. Bukan hanya itu saja, pemain bintang bukan sekedar sulit diatur, malah dia berani mengatur pelatih. "Yang seperti ini seharusnya tidak lagi terjadi," ujarnya.
Rudy menghimbau kepada pelatih klub profesional lebih 'berani' dalam menerapkan strategi dan mengatur klubnya. "Pelatih harus tegas. Kalau memang botol ya tetap botol apapun yang terjadi. Jangan terpengaruh dengan keadaan," ujarnya.