Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Tantangan pelatih sekolah sepak bola (SSB) semakin berat. Pelatih dituntut lebih kreatif agar bisa mengembangkan bakat dalam diri siswa. Hal ini diutarakan oleh Pelatih Tim Nasional Indonesia U-14, yang juga pelatih kepala SSB Asiop Apacinti, Yeyen Tumena saat ditemui Harian Super Ball beberapa waktu lalu.
Yeyen mengatakan tantangan paling berat di lapangan bagaimana bisa mengarahkan siswa yang saat ini justru sudah tidak takut lagi terhadap pelatih. Yeyen menjelaskan pihaknya sempat membuat survey di lingkungan SSB Asiop Apacinti. Ia tidak menjelaskan berapa jumlah sampel dalam survey itu.
Pertanyaan yang diajukan adalah apa yang ditakutkan saat bertanding? Sebagian besar menjawab takut kalah. "ini wajar karena bagian dari latihan," ujarnya.
Pertanyaan berikutnya, apa yang ditakutkan di lapangan? Hasil survey itu, kata Yeyen menunjukkan kalau siswa lebih takut terhadap orangtuanya. "Tapi mereka itu lebih stres menghadapi orangtuanya selesai pertandingan," ujarnya.
Yeyen menambahkan tidak sedikit siswa yang masuk SSB itu karena dorongan orangtua. Situasi ini yang membuat anak tidak menikmati suasana bermain namun orangtua tetap ngotot. Dampaknya, muncullah permainan tidak sehat di lapangan.
Misalnya, orangtua yang mendekati pelatih dengan memberikan imbalan tertentu agar anaknya itu bisa dikelompokan dalam pemain inti. "Pelatih mungkin ada yang kuat imannya, sehingga bisa konsisten. Tapi bagi yang tidak kuat?" ujarnya.
Yeyen mengatakan dampak ini juga yang membuat banyaknya siswa keluar-masuk SSB. "Orangtua menarik dari satu SSB ke SSB lainnya agar bisa anaknya diterima sesuai keinginannya," ujarnya.