TRIBUNNEWS.COM - Laga pekan ke-25 Premier League di Stadion Kingson Communications, Hull, Rabu (11/2/2015) lalu bagai mimpi buruk bagi Pelatih Aston Villa, Paul Lambert. Menyusul kekalahan 0-2 dari tuan rumah Hull, ia jadi bahan olok-olok sepanjang pertandingan.
Itulah kekalahan keempat dari lima laga terakhir The Villans di Premier League. Ini juga tercatat jadi partai kesepuluh beruntun tanpa kemenangan, dan laga ke-15 di Premier League tanpa mencetak gol.
Catatan buruk yang membuat salah satu klub tertua di Inggris ini (berusia 140 tahun) kini masuk dalam zona degradasi.
Villa kini di peringkat 18 klasemen sementara dengan 22 poin, sama dengan Queens Park Rangers yang berada di posisi 17 namun unggul dalam selisih gol. Di bawahnya, ada Burnley di posisi 19, dan Leicester City masing-masing dengan poin 21, dan 17.
Pemain anyar Hull, Dome N'Doye menjadi monster mematikan untuk The Villains. Menit 27, ia melepaskan umpan pendek matang ke Nikica Jelavic. Tanpa kesulitan, striker asal Kroasia tersebut membobol gawang Villa. Itulah golnya ketujuh musim ini.
Ketinggalan satu gol, para pendukung Villa mulai kehilangan kesabaran. Mereka mulai mengeluarkan nada-nada miring. Sejumlah penonton terlihat memajang spanduk bertuliskan "Lambert out" . Skor 1-0 keunggulan Hull bertahan hingga akhir babak pertama.
Pada babak kedua Aston Villa tidak memiliki banyak peluang kendati pada menit ke-46 pelatih Lambert sudah memasukkan penyerang Benteke menggantikan gelandang Weimann. Hull justru menambah keunggulan di menit ke-74 melalui tendangan keras Dame N'Doye yang gagal dibendung Guzan. Skor kemenangan Hull 2-0 bertahan hingga laga usai. Kemenangan tersebut membawa Hull keluar dari zona degradasi ke posisi 15 dengan 24 poin dari 25 laga.
Usai pertandingan, para pendukung Villa semakin keras menyanyikan ejekan untuk Lambert. Mereka kompak menyanyikan lagu "pecat besok pagi" sembari terus membentang spanduk mendukung sang pelatih dipecat.
Kendati demikian, Lambert tetap percaya diri. Ia menilai, dengan sisa 13 pertandingan, pasukannya masih punya banyak kesempatan untuk keluar dari zona degradasi, dan merangsek ke papan tengah.
“Saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya rasa sekarang. Saya hanya katakan pada pemain bahwa masih ada 13 pertandingan final dan kami harus memenangi semaunya. Ada beberapa tim yang juga akan berjuang di jalan yang sama. Apa yang perlu kami lakukan adalah memastikan bahwa kami bukan satu dari tiga tim yang terdegradasi,” katanya optimistis.
“Tapi saya masih 100 persen percaya bahwa kami tidak akan terdegradasi. Ada banyak pemain hebat di tim kami dan kami harus bertahan, bagaimanapun caranya. Kami siap mengorbankan permainan indah kami demi meraih kemenangan,” tuturnya.
Terkait spanduk tuntutan mundur, sang pelatih dengan dingin menanggapi. “Ini bukan untuk pertama kalinya saya melihat spanduk seperti itu. Saya tidak bisa berbuat apa pun atas hal itu karena fans datang dengan mengeluarkan banyak uang. Para pemain juga harus bisa bersikap bagus menghadapi situasi seperti ini,” katanya membesarkan diri.