Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Penundaan kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) oleh Kemenpora dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dikhawatirkan akan mempengaruhi kepercayaan sponsor terhadap klub peserta LSI.
Presiden Direktur Bali United FC, Yabes Tanuri mengaku, pihaknya khawatir penundaan itu bisa membuat sponsor menarik diri. "Kalau sponsor menarik diri, klub tidak akan bisa membayar gaji pemain dan pelatih. Ini akan menjadi masalah besar. Padahal kami sudah bersusah payah mencari sponsor," kata Yabes kepada Harian Super Ball.
Yabes tidak yakin pemerintah akan bertanggungjawab, jika hal itu terjadi. "Sejak lima tahun lalu, pemerintah sudah tidak membantu keuangan klub sepakbola. Jika gara-gara penundaan kompetisi, sponsor pergi, dengan apa kami bisa menjalani semua laga di kompetisi nanti. Apakah pemerintah mau bertanggungjawab dengan memberikan gaji pemain dan pelatih? Seharusnya itu dipikirkan," ujar Yabes.
Yabes menambahkan, seharusnya pemerintah, dalam hal ini Kemenpora dan BOPI, justru mencari solusi terbaik untuk memperbaiki kondisi kompetisi LSI.
"Semestinya pemerintah mendukung program kompetisi. Jika memang harus diperbaiki, bisa dilakukan bersama-sama sambil jalan. Jangan mengambil keputusan seperti ini. Jika pemerintah mau menanggung seluruh keuangan klub, tidak masalah kompetisi ditunda," jelas Yabes.
Yabes menambahkan, penundaan ini membuat sponsor sudah mulai menanyakan kabar kapan dimulainya LSI digelar. "Sejauh ini sponsor memang belum memutus kerjasama, tetapi mereka membutuhkan kepastian penyelenggaraan. Pasalnya sponsor juga memiliki program yang perlu disesuaikan dengan program latihan dan pertandingan tim. Tetapi, jika jadwal kompetisi belum juga ditetapkan bukan tidak mungkin kami bisa diwarning bahkan bisa dibatalkan kerjasama sponsor," imbuh Yabes.
Oleh karena itu, Yabes berharap pemerintah berpikir ulang untuk mempersulit digulirkannya kompetisi LSI. "Mari berpikir ke depan demi perkembangan sepakbola kita. Jangan berpikir mundur apalagi membatalkan LSI. Kami selaku manajemen klub sudah berusaha keras untuk menjalankan kompetisi baik dari sisi finansial dan yang lainnya. Tanggungjawab kami tidak mudah dilakukan," tutur Yabes.
Selain itu, Yabes khawatir penundaan tersebut akan berimbas pada pemberian sanksi dari FIFA kepada sepakbola Indonesia, karena dianggap pemerintah ikut camapur. "Kalau sudah disanksi, tentu semua akan rugi. Pemerintah juga akan berat menyelesaikannya. Maka sebelum semakin jauh, sebaiknya pemerintah benar-benar saling dukung dengan klub dan PT Liga Indonesia untuk memperbaiki kualitas kompetisi LSI," pappar Yabes.