TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI), Sarman L Hakim, menilai banyak hal yang tidak beres dalam laga Indonesia melawan Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U-23 Grup H di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa lalu.
Karena itu, Sarman didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) MSBI, CH Ambong, menemui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi di kantornya, Senayan, Jakarta, Rabu (1/4) siang.
Saat itu, Tim nasional Indonesia dihajar Korea Selatan (Korsel) dengan skor 0-4.
Masing-masing gol tersebut, ditorehkan Jung Seung-hyun menit ke-52, Lee Chan-dong menit ke-72, Lee Chang-min menit ke-83, dan Kim Sheung-jun pada menit ke-86.
Dalam kesempatan tersebut, Sarman memaparkan banyak hal seputar kesalahan yang dilakukan Garuda Muda- julukan Timnas Indonesia U-23.
"Kami meminta Menpora Imam untuk melihat tayangan ulang pertandingan tersebut. Sebab, muncul isu di masyarakat jika laga tersebut ada indikasi mafia judi. Dengan melihat hasil rekaman tersebut, bisa terlihat peristiwa yang sesugguhnya. Menpora juga harus bertanggung jawab, sebab ini ranah negara," ungkapnya.
Pertandingan itu seharusnya menjadi milik Indonesia. Karena, ada tiga keunggulan komperatif, yakni sebagai tuan rumah dan mendapatkan didukungan penuh dari suporter. Lalu, keunggulan suhu udara dan oksigan.
Sebab yang ditakutkan negara lain dalam hal ini Korsel, yakni main disuhu panas. Karena, menyebabkan menjadi cepat kelelahan.
"Seharusnya, hal-hal tersebut bermanfaat menjadi keunggulan yang positif. Selain itu, saat gol pertama terjadi, seluruh pemain protes. Tetapi tidak demikian dengan tim pelatih dan ofisial," tuturnya.
Timnas diakui Sarman bermain seperti tidak memiliki strategi dan tim pelatih tidak menjadi pemain ke-13.
"Hasil ini sangat di luar dugaan dan menyakitkan. Karena itu, kami meminta Menpora Imam membuktikan dugaan negatif ini dengan pembuktian secara ilmial. Yakni, dengan melihat rekaman pertandingan," tandasnya.
Sarman L Hakim yang masuk dalam nominasi Calon Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2015-2019, benar-benar berharap Menpora, Imam Nahrawi, mengambil sikap atas hasil buruk tim nasional Indonesia Kualifikasi Piala Asia U-23 Grup H.
Menpora Imam diakui Sarman harus ikut bertanggung jawab dengan masa depan pemain, sebagai cikal bakal ke ajang Olimpiade, Piala Dunia dan Asian Games.
"Siklus sepak bola itu, 20 tahunan. Jika Evan Dimas sekarang habis, kita harus menunggu selama 20 tahun lagi. Contohnya, setelah Bambang Pamungkas, kita belum punya striker yang mumpuni lagi. Tidak ada lagi yang seperti Bepe (Bambang Pamungkas) yang habis dimakan jaman. Kekalahan dari Korsel sangat menyakitkan. Lima tahun ke depan, Korea yang sekarang kita hadapi, hadir di Piala Dunia dan Olimpiade. Karena itu, Menpora harus mengambil sikap. Kekalahan ini tidak masuk diakal," urainya.