TRIBUNNEWS.COM - Setelah ada penundaan jadwal kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015, secara terpaksa pihak manajemen Arema Cronus mengaku menyetujui putusan tersebut.
Namun, pihak manamen Arema menilai penundaan kompetisi itu adalah bentuk intimidasi terhadap persepakbolaan Indonesia.
"Bermain sepakbola tidak boleh dalam intimidasi atau tertekan, seperti ancaman BOPI saat ini," ujar CEO Arema Cronus, Iwan Budianto, Jumat (10/4/2015) kepada awak media di Malang.
Dalam kondisi sepakbola yang diintimidasi oleh pemerintah melalui Kemenpora dan putusan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), kata Iwan melanjutkan, memang selayaknya kompetisi ditunda.
Penundaan kompetisi tersebut beber Iwan, harus dinilai sebagai hal yang positif. Karena, tim bisa bermain lebih baik dan meningkatkan kemampuannya untuk persiapan berlaga nantinya.
Selain itu kata Iwan, sambil menunggu pemerintah tidak lagi memberi ancaman yang mengganggu pelaku sepakbola, maka putusan PSSI yang menghentikan kompetisi sudah tepat.
"Jadi sambil menunggu negara yang amat sangat kita cintai ini, untuk segera cabut ancaman yang sangat mengganggu konsentrasi pelaku sepakbola, saya setuju kompetisi untuk sementara waktu ditunda," katanya lagi.
Namun, saat ditanya soal putusan BOPI yang melarang Arema Cronus tampil di ISL tahun ini, Iwan enggan berkomentar.
"Kalau untuk itu, saya enggak ada komentar,” jawabnya.