TRIBUNNEWS.COM - CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono, merasa PSSI tak perlu buru-buru mengambil sikap terhadap keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, yang memutuskan pembekuan PSSI.
Tepatnya Jumat (17/4/2015), PSSI menerbitkan surat pembekuan PSSI. Mengacu kepada surat tersebut, Pemerintah tidak akan mengakui seluruh kegiatan keolahragaan PSSI, Kongres Luar Biasa, dan Kongres Biasa.
Joko yang menjabat sebagai Sekjen PSSI pada periode 2011-2015 mengungkapkan, masalah pembekuan PSSI ini akan menjadi tugas pertama untuk anggota Komite Eksekutif yang terpilih di Kongres Luar Biasa, Sabtu (18/4/2015).
"Ini penting. Biarkan Exco terpilih melakukan rapat pertama, koordinasi, dan konsolidasi untuk memecahkan masalah. (Kami) tidak dalam kondisi buru-buru sehingga hasil akhirnya sesuai dengan harapan," ucap Joko setelah KLB di Hotel JW Marriott.
Besar kemungkinan, keputusan Menpora ini memicu sanksi FIFA untuk Indonesia. Pasalnya, FIFA sebelumnya sudah mengultimatum Menpora untuk menghentikan intervensi terhadap PSSI.
Ketika ditanyakan terkait potensi sanksi FIFA, Joko menjawab, "Silakan tanyakan ke FIFA. Saya tidak dalam kapasitas untuk menjawabnya. Tetapi, biarkan ini menjadi tugas pertama Exco."
Joko juga membeberkan alasannya mundur dari pemilihan Ketua Umum. Sebelum pemilihan yang dimulai sekitar pukul 12.00 WIB tadi, Ketua Komisi Pemilihan, Dimam Abror membacakan surat pengunduran diri dari Joko dan Achsanul Qosasi.
"Untuk yang terbaik bagi sepak bola, Indonesia, dan PSSI. Itu alasan saya mundur," tandas Joko.