TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, mengaku mendapatkan teror lewat pesan singkat setelah membekukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Sabtu (18/4/2015).
Menpora membekukan PSSI ketika induk cabang sepak bola tertinggi di Indonesia itu melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya. Dalam kongres tersebut, La Nyalla Matalitti terpilih sebagai Ketua Umum PSSI.
"Banyak sekali SMS yang masuk ke saya. Bahkan ada ancaman dibunuh segala macam. Tetapi, mereka tetap saudara saya," ungkap Menpora kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Meski mendapatkan ancaman, Menpora mengatakan, pihaknya tetap tenang dan tidak menanggapinya. Menurutnya, Kemenpora bakal tetap konsentrasi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada persepakbolaan nasional.
"Pribadi saya banyak disorot negatif, tetapi saya tidak membalas," tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Ada beberapa poin yang menyangkut pembekuan PSSI, di antaranya pemerintah tidak mengakui seluruh kegiatan yang dilakukan oleh PSSI termasuk hasil KLB Surabaya.
Dengan kondisi itu, pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah, termasuk kepolisian, tidak dapat lagi memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada kepengurusan PSSI dan seluruh kegiatan mereka.
Langkah pemerintah setelah membekukan PSSI adalah membentuk Tim Transisi yang akan mengambil alih hak dan kewenangan PSSI. Tim tersebut akan bekerja sampai dengan terbentuknya kepengurusan PSSI yang kompeten sesuai dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA.
"Tim Transisi dalam proses. Secepatnya akan kami umumkan, yang jelas personel Tim Transisi bebas dari kepentingan " kata Imam.