TRIBUNNEWS.COM - Sumirlan, Direktur Teknik PSM Makassar menyebut Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi adalah sosok yang paling pantas dimintai pertanggungjawaban karena jadi pemicu kekisruhan sepakbola Indonesia.
Ujaran Sumirlan merujuk pada keputusan PSSI yang menghentikan seluruh kompetisi Liga Indonesia termasuk kasta Indonesia Super League (ISL) 2015. Ia mengaku memahami keputusan exco PSSI. Namun, ia juga meminta pertanggungjawaban dari semua pihak mengenai kondisi ini.
"Yang aneh, Menpora terkesan hanya membidik ISL. Sementara membiarkan Divisi Utama dan Liga Super Futsal tetap berjalan padahal mereka di bawah naungan PSSI," eks-kapten PSM Makassar ini, Sabtu (2/5/2015).
Sumirlan yang juga ketua Tim 18 klub ISL menjelaskan akan mengadakan pertemuan dengan klub kontestan ISL 2015, Senin (4/5/2015).
"Setelah mendapat berita (penghentian liga), saya langsung menghubungi para manajemen klub. Intinya, kami sepakat bertemu untuk membahas langkah selanjutnya," papar Sumirlan.
Menurut Sumirlan, tidak mungkin PSSI via PT Liga Indonesia tetap melanjutkan kompetisi bila terus dintenversi Kemenpora yang meminta pihak Kepolisian agar tidak memberikan izin keramaian.
"Terus terang yang paling dirugikan adalah klub. Kami sudah mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk membiayai tim. Tapi, alasan force majeure yang dipakai PSSI untuk menghentikan kompetisi itu masuk akal," ujarnya.
"Di belahan dunia mana pun, kompetisi itu dikelola oleh Federasi Sepakbola negara bersangkutan bukan pemerintah," katanya.
Sumirlan menambahkan, manajemen menunggu surat resmi dari PSSI. Setelah mendapat kepastian, pihaknya akan mengumpulkan pemain.
"Kami tetap membayarkan gaji pemain bulan ini. Setelah itu, kami akan bubarkan tim. Kalau pemain mau menuntut silakan ke Menpora Imam Nahrawi. Klub tidak mungkin membayar hak pemain tanpa konpetisi," jelasnya.