Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Dibentuknya Tim Transisi oleh Menpora Imam Nahrawi yang dimaksudkan sebagai operator kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) 2015 ternyata tidak ditanggapi baik oleh manajemen Perseru Serui.
Manajer Perseru Serui, Yan Pieter Ayorbaba mengaku, enggan mengikuti kompetisi yang bakal digelar Tim Transisi itu.
"Kami sudah menentukan sikap, tidak akan ikut kompetisi yang diselenggarakan oleh Menpora melalui Tim Transisi-nya. Kami akan bersedia kembali berkompetisi jika yang menggelar adalah PT Liga Indonesia sebagai bagian dari PSSI," kata Ayorbaba kepada Harian Super Ball, Minggu (10/5/2015).
Menurut Ayorbaba hanya PSSI dan PT Liga Indonesia-lah yang berhak menggelar kompetisi. "Kompetisi yang sah dan diakui oleh FIFA adalah yang digelar PSSI dan PT Liga Indonesia. Sedangkan kompetisi yang digelar oleh Tim Transisi bentukan Menpora tidak sah. Akan menjadi masalah kedepannya jika kami ikut kompetisi bentukan Menpora. Dampak buruk lainnya juga akan muncul khususnya terhadap pemain," ujar Ayorbaba.
Ayorbaba menerangkan dampak buruk lain, jika ikut kompetisi bentukan Menpora, adalah mental pemain.
"Mental pemain akan semakin menurun, jika ikut kompetisi itu dan karena tidak diakui oleh FIFA. Akibatnya kompetisi itu sama saja seperti turnamen biasa atau tarkam," ucap Ayorbaba.
Konsekuensi dari sisi finansial pun sangat besar. "Untuk mengikuti sebuah kompetisi membutuhkan biaya tidak sedikit. Jika kami ikut kompetisi bentukan Menpora dan di tengah jalan berhenti karena tidak diakui oleh FIFA, maka siapa yang akan menanggung uang yang telah kami keluarkan. Ini sangat beresiko," tutur Ayorbaba.
Daripada rugi, Ayorbaba dan manajemen Perseru memilih untuk menghentikan aktivitas tim, mulai dari latihan sampai ujicoba. "Kami langsung menghentikan latihan pemain setelah ada pengumuman penghentian kompetisi oleh Exco PSSI pada 2 Mei 2015. Pemain dan tim pelatih diliburkan sampai batas yang tidak ditentukan," jelasnya.