Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komite Eksekutif PSSI, Djamal Aziz kecewa atas komentar Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan secara penuh mendukung seluruh langkah Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi dalam keputusan membekukan PSSI.
Mantan anggota DPR RI ini melihat statement seorang pemimpin negara (Jokowi) mendukung Menpora berbau unsur kepentingan politik. Sebab, Menpora ditengarai sudah memporakporandakan sepakbola tanah air dengan membekukan PSSI di bawah kepemimpinan La Nyalla Mattalitti serta tidak memberi izin kompetisi.
”Pak Nyalla dipilih oleh voter asli, ia dipilih rakyat bola yang asli melalui Kongres yang valid dan amanah. Pak Nyalla dipilih sama persis ketika Jokowi dipilih oleh rakyatnya. Jika memang langkah Menpora ini ternyata juga mendapatkan dukungan dari Jokowi, maka artinya Jokowi sudah menggunakan kekuasaannya dengan otoriternya untuk mendapatkan tujuan kepentingan politik,” ujar Djamal melalui pesan yang diterima wartawan, Kamis (14/5/2015).
Djamal mengungkapkan akibat intervensi badan pemerintah dalam hal ini Menpora dengan membentuk Tim Transisi, maka akan berdampak besar kepada masa depan sepakbola Indonesia. Sebab, Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) bakal mengeluarkan banned terhadap Indonesia, dengan demkian Indonesia tidak berkesempatan tampil di ajang internasional.
” Pak Jokowi harus menghargai seorang pak Nyalla yang dipilih oleh rakyat bola. PSSI saat ini sudah on the track dan sudah bekerja pasca dualisme yang sempat menghancurkan tatanan sepak bola. Mengapa dan ada apa pak La Nyalla dijegal dalam kondisi PSSI yang sudah amanah dan bekerja di jalurnya ini,” tanya dia.
” Maka dari itu masyarakat juga tahu, jika sanksi FIFA nanti keluar, ulah siapa dan atas izin siapa hal iu terjadi,” timpalnya.