TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Baru saja merilis jadwal pertandingan, namun PT Liga Indonesia kemudian membatalkan Turnamen Pramusim Liga Super Indonesia (LSI) musim 2015/2016. PT Liga merilis surat pembatalan itu, Rabu (20/5).
Dengan pembatalan itu, maka tim Ayam Jantan dari Timur juga dipastikan batal berangkat ke Tenggarong, Kutai Timur guna melawan tuan rumah Mitra Kukar tanggal 31 Mei mendatang.
Pembatalan turnamen ini dikarenakan PT Liga Indonesia tidak mendapatkan rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) untuk pelaksanaan turnamen tersebut. Pembatalan itu tertuang pada surat PT LI dengan nomor surat 483/Liga/V/2015.
Dalam surat itu tertulis jika PT LI telah menjalankan seluruh prosedur terkait proses rekomendasi dan perizinan yang dibutuhkan sebagai persyaratan pelaksanaan turnamen termasuk mengajukan permohonan kepada PSSI, BOPI, dan Polri.
Lalu, PT Liga mengambil keputusan untuk membatalkan turnamen Pramusim 2015 karena alasan tidak diterbitkannya rekomendasi dari BOPI. Selain itu untuk memberikan kepastian kepada klub peserta terkait persiapan yang dilakukan.
PT Liga sebelumnya memang sudah mengajukan permohonan rekomendasi untuk turnamen pramusim kepada BOPI. Dan BOPI langsung membalas surat permohonan tersebut. Dalam surat itu, BOPI meminta PT Liga berkoordinasi lebih dulu dengan Tim Transisi.
Namun sikap dari Kemenpora sendiri sudah jelas, yakni turnamen tersebut tidak bisa berjalan jika tidak sesuai aturan dalam supervisi Tim Transisi bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Ya, yang penting harus berada di bawah supervisi Tim Transisi," ucap Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Dan PT Liga kemungkinan memang tak akan berkoordinasi dengan Tim Transisi, karena menganggap itu bukan kewenangannya.
Apakah kompetisi pramusim itu tak bisa bergulir, jika tak sesuai aturan supervisi Tim Transisi? Imam menjawab, "Ya, itu sudah pasti kan." katanya baru-baru ini.
Bagi Grup
Mewakili manajemen, Direktur Klub PSM Makassar, Sumirlan menyayangkan pembatalan turnamen itu. Menurut dia, sepakbola Indonesia telah mati suri.
Yang dirugikan tidak hanya klub, tetapi juga pemain hingga masyarakat karena terhentinya hiburan pertandingan sepakbola.
"Hidup orang bola dan keluarga terancam akibat kebijakan yang mau menang sendiri dan selalu pendapatnya mau dianggap benar. Semoga Tuhan membalasnya, doa anak bola dan keluarganya akan diterima oleh Allah," ujar dia kepada Tribun, Rabu (20/5).