Deodatus Pradipto/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER – “Kalau mama tidak menyuruh saya bermain sepak bola, saya tidak akan ada di sini.”
Begitu tutup Rafliandi Ilham Utomo, satu dari 11 pesepakbola muda Indonesia yang mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan sepak bola dari Manchester United Soccer School di Manchester, Inggris, 21-24 Mei 2015. Rafliandi dan teman-temannya terpilih dari ajang pencarian bakat bertajuk CLEAR Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015.
Perjalanan Rafli, sapaan akrabnya, untuk bisa ke Manchester tidak mudah. Begitu besar pergumulan Rafli untuk memfokuskan diri ke olahraga sepakbola.
Sewaktu kecil Rafli sempat menekuni bulutangkis dan mampu menjadi juara tingkat provinsi pada tahun 2004 mewakili Banten. Pemuda kelahiran Bandung 16 tahun lalu itu bahkan sempat menekuni bulutangkis dan sepak bola secara bersamaan.
Ketika memutuskan fokus ke sepak bola, Rafli sedang memasuki masa remaja. Pada masa itulah Rafli mulai mengeksplorasi dunianya dalam rangka mencari jati diri. Rafli bahkan sempat memiliki hobi mengendarai sepeda motor.
“Mama menyuruh saya fokus di sepak bola daripada bergaul yang tidak benar karena waktu itu saya lagi hobi main motor,” ungkap Rafli kepada Tribunnews.com.
Rafli kehilangan ayah kandungnya pada 2007 akibat serangan jantung. Ibunya sempat seorang diri mendampingi Rafli dalam masa pertumbuhannya. Ibunya juga yang membantu Rafli menentukan masa depannya di sepak bola.
“Peran mama sangat besar untuk saya,” tutur Rafli sambil berlinang air mata.
Rafli terpilih mengikuti pelatihan ini setelah mengungguli ribuan pesepakbola muda lainnya. Rafli termasuk yang termuda dibandingkan dengan 10 pemain lain di tim ini. Meski menjadi yang termuda, Rafli yang berposisi sebagai penjaga gawang ditunjuk untuk menjadi kapten tim.
Bagi Rafli, ini menjadi yang pertama baginya mengunjungi benua Eropa. Sebelumnya Rafli pernah ke Jepang dan Tiongkok mengikuti kompetisi sepak bola. Sebelum bertolak ke Inggris, ibunya menitip pesan untuk Rafli. “Jangan lupa salat, doakan bapak,” ungkap Rafli soal pesan dari sang ibunda.
Rafli menjalani pelatihan selama tiga hari di Partington Sports Village, Manchester. Melalui pelatihan ini, Rafli bisa mendapatkan banyak hal. Teknik-teknik dasar yang diberikan sangat mendetail, seperti menentukan kaki tumpuan, cara menangkap bola, dan memposisikan diri di gawang.
“Di Indonesia saya belum pernah diajarkan positioning dari tiang dekat ke tiang jauh dan berdiri tidak sejajar dengan gawang,” jelas Rafli yang menyebut orang-orang di Urakan FC, klubnya, termasuk berperan membantu dia ke Manchester.
Dalam lima tahun ke depan, Rafli berencana tergabung dalam klub profesional. Dari sepak bola, Rafli ingin membanggakan orangtuanya. “Saya ingin punya penghasilan sendiri dari bola,” jelas siswa SKO Ragunan tersebut.