TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Dengan dijatuhkannya sanksi oleh FIFA terhadap sepakbola di Tanah Air, klub-klub pun beramai-ramai membubarkan tim, pemainnya pun terpaksa dipulangkan ke daerahnya maisng-masing.
Begitu juga pemain lokal. Meski hanya pemain lokal, mereka hanya bisa pasrah ketika harus diputus kontraknya oleh manajemen klub.
Klub beramai-ramai memutus kontrak pemainnya karena kompetisi resmi pun juga memang sudah tidak ada, karenanya pemasukan klub pun tidak ada.
Meski demikian, manajemen Martapura FC sepertinya tetap pada pendiriannya untuk tidak membubarkan pemainnya.
Hal itu disampaikan langsung Ketua Umum Martapura FC, H Mokhammad Hilman, Senin (1/6) selaku penanggung jawab eksistensi klub.
"Insya Allah tetap seperti rencana semula, kami akan terus jalan termasuk pembinaan," kata Hilman.
Manajemen tidak membubarkan skuatnya ini meski masih dalam kondisi krisis. Sebab, Hilman mengakui, manajemen sadar hal ini sebagai bagian dari investasi timnya yang berjuluk Laskar Sulthan Adam.
"Kami ingin melaksanakan pemusatan latihan jangka panjang, agar menghasilkan skuat yang benar-benar tangguh," kata Hilman.
Hanya, Hilman memberikan catatan tentunya kontrak pemain pun harus dilakukan negosiasi ulang, karena ketiadaan kompetisi serta tidak adanya pemasukan dari penjualan tiket.
"Tentu akan dilakukan negosiasi ulang dan disesuaikan juga, dan hal ini sudah berjalan," katanya.
Sementara, manajer Martapura FC, Ami Said menilai, adanya sanksi dari FIFA menjadi momen bagi PSSI untuk melakukan pembenahan. Bukan sebaliknya, meniadakan seluruh kegiatan sepak bola, termasuk kompetisi atau turnamen.
Dan Ami Said menegaskan, Isnan Ali dan kawan-kawan pun siap untuk berbenah agar persepakbolaan secara nasional semakin sehat.
"Regulasi dan manual liga harus benar-benar dijalankan. Jangan ada orang yang punya klub, punya jabatan penting di PSSI. Martapura FC siap berbenah menuju sepak bola yang sehat dan kompetitif," ucapnya.