TRIBUNNEWS.COM, ZURICH - Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke kemungkinan makin menghadapi tekanan besar.
Valcke bisa semakin terpojok setelah muncul bukti baru yang memperlihatkan dia mengetahui pembayaran senilai 10 juta dolar AS dari pejabat sepak bola Afrika Selatan kepada Jack Warner.
Warner adalah mantan ketua konfederasi sepak bola Amerika Utara, Tengah dan Karibia CONCACAF yang mendapat transferan dana 10 juta dolar AS Tersebut dan disebut para penyidik AS sebagai suap.
Tidak hanya Valcke, Presiden FIFA Sepp Blatter juga bakal menghadapi tekanan baru mengenai apakah dia mengetahui pembayaran sebesar itu pada 2008 dan untuk apa sebenarnya pembayaran uang sejumlah itu.
Hanya satu jam setelah FIFA menyampaikan bantahan bahwa Valcke tidak mengetahui transfer 10 juta dolar AS ke sebuah rekening Bank of America yang dikait-kaitkan dengan Warner, sebuah surat dari Asosiasi Sepak Bola Afrika Selatan (SAFA) dibocorkan kepada Press Association. Surat ini ditujukan kepada Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke.
Press Association adalah kantor berita multimedia yang beroperasi di Inggris Raya dan Irlandia.
Dari surat ini terlihat Valcke mengetahui pembayaran itu. Surat ini juga memuat instruksi-instruksi terinci untuk pembayaran tersebut.
FIFA sudah membantah bahwa baik Valcke maupun Blatter tidak terlibat dalam "inisiasi, persetujuan dan implementasi proyek di atas".
Pembayaran diduga suap ini adalah jantung dari dakwaan skandal suap FIFA dari Kejaksaan Agung AS yang sejauh ini telah membidik 18 orang, termasuk 13 eksekutif FIFA, dalam kasus dugaan suap yang dibayarkan kepada Warner dan deputinya, Chuck Blazer, dengan imbalan suara mereka untuk Afrika Selatan agar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
Dakwaan ini menyebutkan, "seorang pejabat tinggi FIFA mengakibatkan pembayaran sejumlah 10 juta dolar AS yang disalurkan dari sebuah rekening FIFA di Swiss ke sebuah rekening koresponden Bank of America di New York ...yang dikendalikan Jack Warner".
Surat kepada Sekjen FIFA Jerome Valcke yang dibocorkan kepada Press Association itu bertanggal 4 Maret 2008 dan berisi instruksi terinci mengenai bagaimana uang itu mesti dibayarkan.
Presiden SAFA Molefi Oliphant meminta 10 juta dolar AS itu dipotong dari 423 juta dolar AS kepada penyelenggara Piala Dunia oleh FIFA dan alih-alih disalurkan ke sebuah "program pusaka diaspora" yang dikendalikan Jack Warner, mantan presiden CONCACAF yang ditangkap polisi Swiss Rabu pekan lalu.
Surat dari Oliphant kepada Valcke berbunyi, "Mengingat keputusan oleh pemerintah Afrika Selatan bahwa sejumlah 10 juta dolar AS dari dana anggaran operasional mendatang milik Komite Penyelenggara dan selanjutnya diteruskan kepada Program Pusaka Diaspora (Diaspora Legacy Programme). Berikutnya, SAFA memohon Program Pusaka Diaspora itu dikelola dan diterapkan langsung oleh Presiden CONCACAF yang akan bertindak sebagai penerima dana."
Lalu jawaban FIFA tertulis berikut ini, "Surat itu sesuasi dengan pernyataan kami di mana kami menggarisbawahi bahwa Komite Keuangan FIFA telah membuat persetujuan final."
Menurut dakwaan AS, uang tersebut ternyata masuk ke rekening pribadi Warner dan dia membayarkan 750.000 dolar AS dari 1 juta dolar AS yang dijanjikannya kepada Blazer.
Warner, yang menjadi salah seorang yang didakwa di AS, berkata setelah ditangkap pekan lalu, "Jika saya mencuri uang selama 30 tahun, siapa yang memberikan uang itu kepada saya? Bagaimana bisa dia tidak diperkarakan?"
Pekan lalu para jaksa dari Kejaksaan Agung AS mendakwa sembilan pejabat senior atau mantan pejabat FIFA --tujuh diantaranya termasuk dua Wakil Presiden FIFA Jeffrey Webb dan Eugenio Figueredo ditangkap dalam sebuah penggerebekan pagi-pagi di sebuah hotel bintang lima di Swiss-- "membajak" sepak bola internasional untuk menjalankan "Piala Dunia suap" dengan mengisi kantong mereka dengan 150 juta dolar AS.
Dalam dakwaan yang disusul penangkapan para tersangka Rabu lalu itu, Kejaksaan Agung AS mendakwak bahwa pembayaran senilai 10 juta dolar AS dari Afrika Selatan itu diteruskan ke Karibia, dengan imbalan suara Piala Dunia dari mereka untuk Afrika Selatan.