TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pemain-pemain yang sebelumnya bertarung di Liga Indonesia dan Divisi Utama harus membelokkan arah hidupnya meski sedikit seiring sanksi yang dijatuhkan FIFA ke PSSI. Apalagi bagi pemain yang hanya menggantungkan pendapatan dari sepak bola.
Kebanyakan dari mereka merasa kebingungan karena sudah nyaman dengan pendapatan dari mengolah kulit bundar. Sebagai pemain profesional, mereka mendapat bayaran yang tak sedikit dan bisa menghidupi keluarga serta menabung.
Keadaan sekarang, mereka terancam kehilangan dunia itu dalam waktu yang tak ditentukan. Jalan keluar yang sangat memungkinkan adalah PSSI dengan Kemenpora rujuk.
Walau dilanda ketidakjelasan dalam karier, gelandang Persib Bandung Muhammad Taufiq mencoba tetap semangat menjalani hari-harinya.
"Mau gimana lagi. Sebagai pemain, kita tidak bisa bicara jauh dan tidak bisa menentukan apa-apa," kata pemain bernomor punggung delapan tersebut.
Meski seakan pasrah, pemain kelahiran 29 November tersebut tidak ingin patah arang. Dia berharap keadaan segera berubah dan saat ini memang menjadi momen yang pas perbaikan sepak bola Indonesia agar ke depannya semakin berprestasi.
Selain menghibur diri sendiri, dia selalu mendapat dukungan dari keluarga agar tak kehilangan motivasi dan harapan. Taufiq tak memungkiri, kondisi saat ini cukup berat. "Apalagi saat pertama dengar, jelas sebagai pemain sepak bola, kaget," ungkapnya.
Menurut dia, berhentinya kompetisi praktis berimbas pada melempemnya performa pemain. Tak terkecuali Taufiq yang merasakan kondisi fisiknya mulai menurun karena Persib tak lagi menggelar latihan setelah tersingkir dari Piala AFC. Persib kalah 0-2 melawan wakil Hongkong, Rabu (27/5) lalu.
Mengisi waktu libut yang diberikan manajemen hingga 12 hari setelah laga tersebut, pemain mungil ini tetap mencoba menjaga kondisinya. Dia melakukan joging dan fitnes.
"Saya akan terus latihan mandiri," katanya.
Selain itu, bersama teman-temannya, Taufiq tampak terlibat dalam laga futsal di Lapangan Ciujung, Rabu (3/6). Di sana juga ada Atep, Tantan, Rudiyana, Dias Angga Putra, dan M Agung Pribadi.
Di luar itu, absennya liga membuat penghasilannya pun ikut menurun. "Kalau finansial tentu saja pengaruh baget karena kan tidak ada kegiatan juga. Pertandingan-pertandingan kan sudah tidak ada," urainya.
Meski begitu, Taufiq masih enggan untuk melepas seragam Pangeran Biru dan terjun ke dalam ke dalam liga amatir. Tawaran agar terlibat dalam kompetisi antarkampung sebenarnya mengalir deras kepadanya dari berbagai klub.
"Tunggu saja dulu seperti apa kelanjutan ke depannya," ujarnya.