Baca tanpa iklan
TRIBUNNEWS, COM. JEMBER - Peluncuran Tim Sepakbola Putri Jakarta Matador berlangsung semarak, Rabu (10/6) malam.
Acara yang dihelat di lapangan kompleks Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) 8, Kostrad, Jember, itu ditayangkan secara langsung oleh JTV saluran lokal Jember, Jatim.
Launching tim Putri Jakarta Matador FC ini dimeriahkan oleh hiburan orkes dangdut yang menghadirkan sejumlah biduan ternama Jember.
Juga sajian menarik dari penyanyi rege kondang dari grup K-2 yang sangat terkenal di kota ini.
Ribuan penonton, tentu umumnya warga Jember, memadati lapangan yang sehari-harinya dipakai sebagai tempat upacara Yon Armed 8 ini.
Acara ini bertambah heboh dengan aksi ratusan anggota yang menampilkan 'Goyang Komando'.
Tim Putri Jakarta Matador FC relatif masih bayi.
Usianya masih sangat muda, baru enam bulan. Akan tetapi, dari keberadaannya yang terbilang dini itu, tim Putri Jakarta Matador FC bisa disebut sudah mengguncang jagat persepakbolaan putri nasional.
Warga Jember sudah mengakrabi tim ini.
Bayangkan, meski baru mentas, tim putri Jakarta Matador FC sudah menarik hati manajemen JTV. Acara launching tim ini Rabu malam disponsori oleh JTV ini.
Acara launching ditayangkan langsung oleh saluran lokal Jember.
Partisipasi donasi juga diberikan oleh manajemen Hotel Aston Jember dan Alfamart, Jember.
Padahal, tim Putri Jakarta Matador FC juga baru dua kali tampil di turnamen tak resmi, keduanya digelar di Kediri.
Disebut tak resmi, karena dua event tersebut bukan diselenggarakan langsung oleh PSSI. Namun, manajemen tim Putri Jakarta Matador FC tak terlalu memikirkan hal itu.
Mereka bahkan menginisiasi program sendiri, dengan menggelar 'Trofeo' di Yogyakarta.
Kedepannya, manajemen PT HM Jakarta Sportindo yang menaungi tim Putri Jakarta Matador FC sudah menyiapkan program sendiri.
"Kami berencana menggelar turnamen memperebutkan Piala Linda Agum Gumelar," ungkap Presiden Direktur PT HM Jakarta Sportindo, Heru Pujihartono, yang sekaligus Presiden tim Putri Jakarta Matador FC.
Acara launching tim putri ini agaknya menumbuhkan keharuan tersendiri bagi Heru Pujihartono. Ia, bersama Resti, istrinya, sejak 2010 berjuang keras membesarkan tim sepakbolanya.
Tak ada yang membantu mereka. Pendanaan tim sepenuhnya dialokasikan dari katering yang mereka miliki, Nendia Primarasa.
Perlahan namun pasti Heru Pujihartono sudah melupakan kekecewaan dari ketidakadilan yang diterimanya saat mengelola tim putra.
Ia sangat menghargai PSSI, sebagai otoritas sepakbola nasional. Tetapi, orang-orang di PSSI tentu juga tak semuanya baik-baik.
Tim putra Jakarta Matador FC pernah berkompetisi di Divisi III, dan terakhir di Divisi I pada 2014. Tetapi, itu sudah menjadi bagian dari masa lalu.
Bravo Tim Putri Jakarta Matador FC! tb