Laporan Wartawan Surya, Miftah Faridl
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Satu persatu pelatih sepak bola profesional di bawah PSSI bertumbangan. Setelah tak lagi melatih dan mendapat gaji dari klubnya, ekonomi mereka ambruk. Sampai-sampai harus menggadaikan rumahnya.
Adalah Nanang Kushardiyanto. Dua bulan lalu, Nanang masih tercatat sebagai pelatih klub di Liga Nusantara. Setelah kompetisi dihentikan akibat konflik PSSI dengan Kemenpora, hidup mantan pelatih Persipati Pati Jawa Tengah itu berubah total.
Nanang jatuh miskin. Ia tidak punya uang untuk menghidupi keluarganya. Bahkan, untuk mengkhitankan anak ketiganya, terpaksa ia ikutkan dalam sunatan massal yang digelar Kelompok Usaha Bakrie, Kamis (11/6/2015).
"Tidak ada uang, ya sudah cari yang gratis-gratis saja," ujar Nanang yang kini berusia 45 tahun itu.
Mantan penggawa Deltras Sidoarjo U-21 itu mengantar anaknya, Richardo Kaka, sampai ke kasur tempat dokter bedah menyunat anaknya.
"Ndak sakit kok. Kayak dicokot semut. Kamu lho jatuh dari sepeda enggak menangis kok digigit semut nangis," kata Nanang menyemangati anaknya.
Pria yang pernah melatih Persipur Purwodadi Jawa Tengah itu mengaku, cukup berat menjalani hidup tanpa penghasilan. Selama ini dia menggantungkan hidup dari lapangan sepak bola. Setelah kompetisi berhenti, tim yang dilatihnya dibubarkan.
Nanang kembali ke Sidoarjo dan sebagai penganguran. Dalam waktu dekat, ia akan menggadaikan rumahnya di Bumi Citra Fajar setelah tabungannya semakin tipis. Apalagi, semester kedua tahun ini pengeluaran semakin banyak.
"Anak-anak naik kelas. Ada yang mau terima rapot. Kebutuhan sekolah anak-anak penting untuk masa depan mereka. Terus terang pusing juga memikirkan masalah ekonomi," keluh Nanang Kus.
Dia berharap PSSI dan Kemenpora berdama. Dan roda kompetisi sepak bola profesional bergulir kembali sehingga pemain dan pelatih sepak bola bisa mendapat gaji dari klub.