TRIBUNNEWS.COM, SPLIT - Buat Italia, Kroasia seperti raksasa. Pasukan Gli Azzurri pun sadar bakal menghadapi tugas pelik saat bertandang ke Split, Kroasia, Jumat (12/6) atau Sabtu dini hari nanti. Lawatan ke Split menjadi agenda tandang keempat Italia di Kualifikasi Euro 2016 Grup H.
Secara total, pasukan Antonio Conte belum terkalahkan dalam lima partai di grup.
Raihan 11 poin Italia berkat tiga kemenangan dan dua hasil imbang cuma kalah banyak dari Kroasia (13 angka). Rapor Gli Azzurri (Si Biru) lebih mentereng jika melihat kiprah mereka soal partai kualifikasi (Euro dan Piala Dunia).
Italia tak terkalahkan dalam 45 partai kualifikasi terakhir secara beruntun! Catatan itu terbentang sejak mereka ditekuk Prancis 1-3 dalam laga Kualifikasi Euro 2008 pada 6 September 2006. Namun, modal itu saja sepertinya belum cukup mengubah persepsi Kroasia sebagai raksasa di hadapan Italia kali ini.
Badai Cedera
Sejarah membuktikan Kroasia adalah lawan sulit bagi Italia. Sejak resmi berpisah dari Yugoslavia pada 1991, negara asal Semenanjung Balkan itu tak pernah kalah dari Italia dalam tujuh pertemuan.
Kroasia menang tiga kali dan sisanya berakhir imbang. Media Italia boleh menyinggung satu-satunya kemenangan Gli Azzurri atas Kroasia, tapi butuh mundur 73 tahun buat melihat kesuksesan tunggal mereka itu!
Dalam laga uji coba pada April 1942, Italia memukul Kroasia 4-0. Pasukan Conte menyadari posisi mereka tak diunggulkan di Split.
“Jika Anda melihat klasemen, kami berada di bawah Kroasia,” ucap gelandang Claudio Marchisio dalam jumpa pers di markas tim, Cover-ciano.
“Mereka tim yang komplet dan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Laga ini akan sulit karena Kroasia punya pemain berpengalaman,” kata pemain Juventus itu.
Di luar talenta paten yang mereka punyai, pemain seperti Mateo Kovacic, Marcelo Brozovic, atau Sime Vrsaljko, memang memiliki modal penting berupa pengetahuan soal karakter pemain Italia.
Duet Kovacic-Brozovic memperkuat Internazionale, sedangkan Vrsaljko di Sassuolo. Dalam duel pertama di kandang Italia, Kovacic cs. pun terbukti lebih baik.
Kedua tim bermain imbang 1-1, tapi Kroasia unggul telak dalam penguasaan bola (60%-40%), penciptaan peluang (14 berbanding 10 tembakan), dan distribusi bola (484-265 operan).
Ancaman besar bagi Italia dari tim mereka sendiri ialah badai cedera. Menjelang lawatan ke rumah Kroasia, opsi Conte semakin terbatas karena 11 pemain masuk ruang perawatan.
Pasien terbaru ialah Marco Verratti dan Daniele De Rossi. Mereka menyusul Mattia Perin, Federico Marchetti, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, Luca Antonelli, Emanuele Giaccherini, Alessandro Florenzi, Citadin Eder, dan Simone Zaza!
Dengan stok yang ada, Conte sepertinya akan menyeimbangkan materi tim menggunakan pola 4-3-3 alih-alih 3-5-2 yang rutin dipakai sebelumnya.
Skema ofensif ini diharapkan mendongkrak ketajaman Italia, yang rata-rata cuma mencetak 1,6 gol per partai, jauh lebih minim dibanding rataan milik Kroasia (3 gol per laga).
Kembalinya Stephan El Shaarawy ke timnas setelah diterpa cedera selama empat bulan diharapkan ampuh membongkar pertahanan tuan rumah yang baru menderita dua gol.