Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Mantan Koordinator Timnas PSSI, Bob Hippy menilai kegagalan Timnas U-23 di SEA Games 2015, Singapura disebabkan gagalnya pembinaan usia dini yang diakukan PSSI.
"Selama ini PSSI hanya fokus di kompetisi profesional. Pembinaan usia dini dipandang sebelah mata. Presentasenya sekitar 60-70 persen perhatian ke kompetisi profesional dan sisanya baru urusi pembinaan usia muda. Justru federasi yang benar lebih fokus ke pembinaan usia dini. PSSI seharusnya memberikan perhatian di usia dini dengan presentase 70 persen," kata Bob kepada Harian Super Ball, Rabu (17/6/2015).
Menurut Bob, hal itu berbeda jauh dengan negara-negara Asia yang sepak bolanya berkembang pesat, seperti Jepang, Korsel, Australia, Vietnam, Thailand, dan Myanmar.
"Negara-negara itu justru sangat fokus ke pembinaan usia dini. Sehingga Timnas yunior mereka sangat maju dan mencetak banyak prestasi. Pasalnya kita memang membutuhkan regenerasi yang sangat baik demi masa depan sepak bola kita," ujar Bob.
Bob mengingatkan kepada PSSI agar tidak terus mengandalkan pemain-pemain senior, karena event internasional tidak melulu untuk Timnas Senior.
"Event untuk Timnas yunior juga banyak dan bisa membawa harum nama bangsa. Jadi kitaa tidak bisa terus menerus mengandalkan atau berharap kepada pemain-pemain senior. Suatu saat mereka akan penisun, sehingga kita memang sudah seharusnya melakukan regenerasi yang baik. Ini harus menjadi perhatian PSSI. Kegagalan Timnas U-23 itu sebagai bukti buruknya pembinaan usia dini oleh PSSI," jelas Bob.
Bob menambahkan, PSSI harus berkaca diri, saat ini Indonesia sangat minim prestasi. Padahal pada tahun-tahun silam, Indonesia dikenal sebagai Macan Asia.
"Saya yakin pemerintah akan membantu jika PSSI memiliki program pembinaan usia dini yang baik. Tetapi PSSI harus benar-benar jujur dalam pengelolaannya. Jangan sampai ada penyelewengan. Selama ini pemerintah terus memberikan subsidi tetapi PSSI tidak pernah memberikan laporan yang jujur. Oleh karena itu, pemerintah menggunakan wewenangnya untuk membenahi sistem sepak bola kita, termasuk PSSI," tambah Bob.
Bob menuturkan, sebenarnya banyak pemain muda di Indonesia yang berkualitas, Sayangnya PSSI tidak melakukan sistem pembinaan yang diharapkan.
"Pembinaan usia dini yang dilakukan PSSI sangat buruk, akibatnya Indonesia kesulitan mendapatkan pemain-pemain bagus di masa mendatang. Ini harus menjadi perhatian semua pihak termasuk PSSI yang harus mengakui kegagalannya dalam membina usia dini," tutur Bob.
Bob tidak sepakat dengan alasan pelatih Timnas U-23, Aji Santoso yang mengatakan, anak asuhnya gagal, karena jadwal pertandingan yang padat dan masa persiapan yang tidak panjang.
"Tim lain juga menjalani jadwal pertandingan yang sama. Bahkan Thailand hanya beberapa hari melakukan persiapan. Tetapi kenyataannya Thailand bisa mempertahankan gelar juara di SEA Games 2015. Itu menunjukan kualitas pemain Thailand memang jauh dibanding pemain kita.Sekarang tergantung dari kita semua, khususnya federasi sepak bola, jika ingin nama bangsa harum, memang perhatian terhadap pemain-pemain muda harus lebih dimaksimalkan. Masa depan sepak bola kita ada di tangan pemain-pemain muda," papar Bob.