TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gunawan memberikan pengakuan yang cukup mencengangkan mengenai dugaan adanya pengaturan skor dalam Liga Indonesia.
Ia mengatakan saat melatih mantan klubnya Persipur Purwodadi, 2013 silam, seluruh anggota timnya menjadi bagian dalam pengaturan skor selama musim kompetisi tersebut. Saat itu, Persipur main di Divisi Utama.
Gunawan sendiri dipecat dari jabatannya sebagai pelatih Persipur setelah tertangkap tangan sedang pesta sabu-sabu, Maret 2013 silam.
"Saya membenarkan kompetensi di indonesia ada match fixing, saya mengalami sendiri di klub saya, dari manajer hingga tukang baju tahu semua, bahwa satu tim dikendalikan," katanya, Rabu (17/6/2015).
Gunawan menjelaskan pengaturan skor tersebut bukan lagi menjadi rahasia, karena semua tahu apabila tim tidak memiliki keuangan yang memadai dalam mengikuti kompetisi divisi utama. Oleh karena itu ketika ada tawaran suap, timnya sulit menolak.
"Sulit, karena finansial kita tidak memadai, semua terlibat termasuk pemain," tuturnya.
Gunawan menceritakan, klub dan pemain mendapatkan upah dalam setiap pertandingan yang skornya telah diatur. Untuk klub mendapatkan Rp 400 juta untuk sekali laga, dan pemain masing-masing Rp 10 juta hingga Rp 15 juta untuk sekali pertandingan.
"Pokoknya sudah rusak," tuturnya.
Hanya saja, Gunawan mengaku tidak memilki bukti praktek kotor sepakbola tersebut. Itu lantaran setiap transaksi dari hasil pengaturan skor menggunakan uang tunai.
"Untuk bukti saya tidak punya, karena transaksi menggunakan uang cash," pungkasnya.