Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pelatih Persepam Madura United, Widodo C Putra mengatakan, salah satu penyebab terjadinya pengaturan skor, karena verifikasi yang dilakukan PSSI terhadap klub tidak ketat.
PSSI masih kerap memberikan kelonggaran kepada klub. Padahal itu yang membuat celah oknum-oknum untuk melakukan pengaturan skor.
"Menurut saya sebaiknya sebelum kompetisi digelar, PSSI melakukan verifikasi dengan benar-benar ketat. Klub yang pantas ikut kompetisi harus memenuhi syarat tanpa ada toleransi," kata Widodo kepada Harian Super Ball, Kamis (9/7/2015).
Widodo menerangkan, PSSI harus konsisten menerapkan syarat verifikasi terhadap klub, mulai dari memiliki lapangan, klub tidak menunggak utang pemain, finansial yang sehat, dan lain-lain.
"Jika ada klub yang tidak bisa memenuhi syarat itu sebaiknya PSSI jangan meloloskan. Tetapi kenyataannya, banyak klub yang bermasalah baik dari sisi finansial atau sarana prasarana, tetapi kenapa bisa lolos. Seharusnya PSSI benar-benar tegas dan tidak ada toleransi dalam verifikasi," ujar Widodo.
Verifikasi yang seperti ini, ucap Widodo, membuat klub-klub harus memutar otak untuk bisa bertahan menjalani seluruh pertandingan dalam satu musim kompetisi.
"Jika klub tidak punya dana banyak, maka akan dilakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang, ya salah satunya adalah dengan melakukan pengaturan skor," ucap Widodo.
Klub tidak bermasalah meski harus kalah dengan rekayasa pengaturan skor, karena yang terpenting adalah mendapatkan uang untuk operasional di pertandingan-pertandingan selanjutnya. Akibatnya kualitas kompetisi di Tanah Air pun tidak berkualitas.
Klub-klub dengan dana minim seperti ini pulalah yang menjadi sasaran dari oknum-oknum sepak bola untuk 'dimainkan' yang akhirnya menguntungkan pihak tertentu, seperti bandar judi.
"Hal-hal seperti ini tidak akan terjadi jika PSSI tegas menerapkan verifikasi. Kalau klub tidak punya dana ya nggak usah diloloskan. Itu akan menjadi masalah ke depannya, seperti pengaturan skor yang sedang ramai dibicarakan," terang Widodo.
Pria yang saat ini sedang mencoba peruntungan di bisnis kuliner dengan membuka bisnis cafe itu menambahkan, selama ini dirinya sudah mengetahui kondisi ini. Tetapi dia tidak mau ikut-ikutan dalam permainan sepak bola kotor seperti itu.
"Selama menjadi pemain dan pelatih, saya tidak pernah mau melakukan itu (pengaturan skor). Karena perbuatan seperti itu justru bisa membuat kualitas sepak bola kita jadi menurun. Selama ini, saya selalu menghindari itu, karena itu merusak sepak bola kita," tutur Widodo.
Widodo menambahkan ketatnya verifikasi itu tentunya hanya akan meloloskan sedikit klub. Pasalnya kalau mau jujur, klub di Indonesia yang benar-benar sehat bisa dihitung dengan jari.
"Tidak masalah kalau ternyata hasil verifikasi hanya ada empat klub saja yang ikut kompetisi. Klub-klub lain pasti akan berusaha untuk memenuhi persyaratan verifikasi itu. Maka lambat laun kualitas dan profesionalitas klub akan terbentuk. Jadi seharusnya PSSI jangan memaksakan verifikasi hanya untuk mendapatkan jumlah klub di kompetisi yang diinginkan," jelas Widodo.
Widodo memaparkan, jika PSSI tidak melakukan perbaikan mulai dari sisi verifikasi, sepertinya akan sulit bagi Indonesia untuk bisa menciptakan sepak bola yang berkualitas.
"PSSI harus betul-betul menegakkan verifikasi terhadap klub dengan tegas sebelum kompetisi dimulai. Menurut saya itu salah satu langkah awal yang sangat diperlukan bagi perbaikan sepakbola kita termasuk menghindari pengaturan skor," papar Widodo.