TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Pengamat sepakbola nasional, Mahfudin Nigara meminta kepada semua masyarakat sepakbola berhati-hati dengan kondisi sepakbola terkini.
Terutama terkait dengan turnamen buatan Menterti Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi lewat Tim Transisi Kemenpora yakni Piala Kemerdekaan.
Menurut Nigara, turnamen itu merupakan turnamen dengan status yang tidak jelas dan dibuat memang untuk melemahkan masyarakat bola itu sendiri.
”Piala Kemerdekaan adalah Jebakan Batman. Imam Nahrawi sengaja bicara akan jihad dan sebagainya dengan piala kemerdekaan, justru kalimat itu malah menjadi jebakan untuk kita semua,”ujar Nigara.
Pasalnya, masih kata Nigara, Menpora melontarkan statement tersebut untuk merayu klub-klub.
”Namun sadarkah dia, bahwa undang-undang SKN Pasal 51 ayat 1 yang menyatakan bahwa induk organisasilah yang berhak atas memberi izin setiap kegiatan yang mendatangkan massa. Artinya Tim Transisi jelas underbouw pemerintah, artinya lagi klub-klub diajari membangkang atas UU SKN. Lalu yang berikutnya, klub-klub diajari tidak taat pada federasi sebagaiman statuta yang ada. Dan yang paling mengerikan, klub-klub diajak terlibat jika ternyata dananya berasal dari sumber yang tidak jelas,”ujar wartawan senior itu.
Lebih lanjut Nigara mengatakan, di mata hukum, siapa pun yang terlibat harus bertanggung jawab atas keterlibatannya apalagi kaitannya dengan anggaran dan pengeluaran finansial.
”Lalu dana yang diberikan Rp 50 jt per pertandingan pasti tidak akan cukup dengan biaya yang harus mereka keluarkan. Pengeluaran detail seperti tiket pesawat dan sebagainya, hotel, makan dan uang saku jelas pengeluaranna itu sangatlah besar,” bebernya.
Jadi, masih kata Nigara, alih-alih akan menjadi untung, klub-klub diprediksi bakal malah merugi.
”Nanti yang ada malah buntung. Belum lagi klub-klub itu pasti akan dikenakan sanksi oleh PSSI seperti Persebaya 1927 yang diganjar PSSI di masa lalu. Jadi, pikirkanlah jebakan Batman itu teman-teman klub, awas malah nanti terjerembab,” jelas Nigara. tb