TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Koordinator Timnas PSSI, Bob Hippy meminta kepada manajemen atau pengurus klub untuk tidak terus menerus mengorbankan pemain dan pelatih. Apapun permasalahan yang dialami klub harus ditanggung oleh manajemen atau pengurus klub.
Bob bersuara untuk mengomentari keterangan yang diberikan pemain PSS Sleman yang dihukum karena kasus sepak bola gajah kontra PSIS Semarang di Divisi Utama Liga Indonesia tahun lalu.
Pertandingan itu terjadi dalam babak semifinal Divisi Utama, yang berlangsung di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara, Minggu (26/10/2015). Saat itu PSS menang 3-2 atas PSIS, namun menjadi heboh karena lima gol tersebut seluruhnya merupakan gol bunuh diri.
Kabarnya kedua tim berupaya saling mengalah agar tidak menjadi juara grup, yang nantinya akan berhadapan dengan Borneo FC. Borneo FC ini diyakini kerap diuntungkan di tiap laganya dan disebut-sebut sudah dijamin lolos ke Liga Super Indonesia.
Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun memberikan hukuman dengan sanksi terberat larangan berkecimpung di sepak bola seumur hidup kepada pelatih Heri Kiswanto, ofisial tim Rumadi, sekretaris tim Eri Febriyanto, dan tiga pemain yakni Riyana, Agus Setiawan, dan Hermawan Putra Jati.
Asisten Pelatih Edi Broto dihukum larangan bermain selama 10 tahun. Delapan pemain dihukum 5 tahun, yakni Marwan Muhammad, Satrio Aji Saputro, Wahyu Gunawan, Ridwan Awaluddin, Anang Hadisaputra, Eko Setiawan, Mudah Yulianto, Monieaga Baguswardi.
Lima pemain lainnya dihukum 1 tahun dengan masa percobaan 5 tahun, antara lain Christian Adelmund, Waluyo, Saktiawan Sinaga, Guy Junior, dan Gratheo Hadiwinata. Termasuk mendapatkan hukuman ini juga adalah Kitman dan Masseur, Dwi Suyono dan Sunyono.
Sanksi itu dinilai Bob tidak adil, karena pemain dan pelatih hanya mengikuti instruksi dari manajemen atau pengurus klub, yaitu manajer PSS Sleman, Supardjiono.
Anehnya Komdis PSSI justru membiarkan Supardjiono melenggang tanpa hukuman karena tidak ada di lapangan saat pertandingan digelar.
"Itu keputusan yang tidak adil, karena pemain dan pelatih tergantung instruksi dari manajernya. Menurut saya Komdis PSSI harus memberikan sanksi yang berat kepada manajer PSS Sleman. Kalau perlu sanksi kepada pemain dan pelatih dicabut, karena instruksi permain skor itu atas perintah dari manajer PSS Sleman," ujar Bob.
Soal tidak hadirnya Supardjiono di lapangan, ucap Bob, bisa saja sengaja dilakukan agar terkesan sang manajer tidak tahu menahu pengaturan skor tersebut.
"Pembicaraan pengaturan skor itu bisa saja dilakukan di luar lapangan dan sebelum pertandingan. Semestinya Komdis PSSI teliti menelusuri kasus itu. Jangan hanya pemain dan pelatih yang kena sasaran. Tidak mungkin pemain dan pelatih melakukan itu, jika tidak diketahui manajer atau pengurus klub. Jadi ane jika hanya pemain dan pelatih yang dikenakan sanksi," tutur Bob.