TRIBUNNEWS.COM - Sore yang dingin pada sebuah sore di Old Trafford Januari lalu menjadi momen yang menentukan bagi karier Morgan Schneiderlin selanjutnya. Di laga itu, ia jadi motor yang membawa kemenangan Southampton atas tuan rumah Manchester United. Kemenangan pertama mereka sejak 1988.
Bermain di lini tengah bareng Victor Wanyama, dan Steven Davis, Schneiderlin jadi sosok yang meneror Setan Merah. Gol kemenangan Soton dicetak Dusan Tadic. Tapi tak ada yang menyangkal bahwa Schneiderlin yang jadi bintang lapangan.
Ia jadi pemain yang paling jauh menjelajahi lapangan sejauh 12,06 km dan juga melakukan sprint lebih banyak daripada seluruh pemain United dengan 60 kali. Melalui kemampuan pengambilan posisinya yang baik, ia juga berhasil melakukan 6 kali intersep. Kemampuan operannya pun tersorot dengan tingkat keakuratan 94,9%. Tak heran, Pelatih MU, Louis van Gaal langsung jatuh cinta, dan merekrut gelandang Prancis tersebut musim ini.
Situs MU melantunkan pujian untuk gelandang 25 tahun tersebut saat mendarat di Manchester dengan nilai kontrak 25 juta poundsterling atau sektiar Rp 295 miliar.
“Morgan adalah pemain yang sangat bertalenta yang memiliki energi dan kemampuan yang tinggi. Kemampuannya akan melengkapi pemain-pemain yang sudah kami miliki," demikian ditulis di situs tersebut.
Salah satu kelebihan Schneiderlin adalah ia sangat produktif melepaskan umpan yang akurat. Dua musim di Soton rata-rata ia melepaskan 89.3 persen umpan akurat di tiap pertandingan yang membuatnya menempati peringkat tertinggi di klub.
Tak pelak, gelandang dengan tinggi 1.85 meter ini pun jadi mesin penggerak lini tengah Southampton.
Selain itu, kemampuannya dalam urusan bertahan pun di atas rata-rata. Schneiderlin menjadi pemain penting yang mencetak angka tekel dan intersep terbanyak di klub dalam tiga musim terakhir. Rata-rata di tiap pertandingan ia melakukan 3,7 kali tekel.
Namun, diprediksikan ada sejumlah kendala yang bakal dihadapi Schneiderlin di Old Trafford. Ia dituntut untuk bisa segera beradaptasi dengan tingginya tensi kompetisi di Man United.
Di Southampton ia selalu jadi pilihan utama lantaran minimnya para gelandang berkualitas. Berkiprah selama tujuh tahun dari 2008-2015, Schneiderlin adalah jenderal di dalam, dan di luar lapangan. Situasi berbeda harus dihadapi di MU dimana perannya akan menyusut, dan bukan tak mungkin ia hanya akan jadi pemai9n cadangan.
Ia harus bersaing mati-matian mendapatkan tempat utama di lini tengah mengingat banyaknya pemain kelas wahid di sana, mulai dari si senior Michael Carrick, Dalley Blind, Maroune Fellaini, Andre Hererra, dan gelandang anyar asal Bayern Muenchen, Bastian Schweinsteiger.
Pelatih van Gaal pun menyadari hal tersebut. Tapi ia optimistis sang gelandang bisa mengatasinya. "Schneiderlin sejauh ini telah membuktikan bahwa ia bisa beradaptasi dengan level Manchester United. Di Southampton ia adalah seorang pemimpin. Tapi ia sekarang di sini, dan saya percaya penuh ia bisa beradaptasi. Itu pula karenanya saya membawanya ke sini," kata Van Gaal.
Hal lain yang juga bakal jadi ancaman adalah gaya Schneiderlin yang cenderung bermain keras. Itu mungkin merupakan konsekwensi dari posisinya di lini tengah yang jadi pintu pertama menyambut pemain lawan, sekaligus jadi jembatan pertama untuk menyerang musuh.
Simak saja catatannya: di Premier League musim lalu, ia mendapatkan lima kartu kuning, dan sekali kartu merah. Musim sebelumnya bahkan mengoleksi delapan kartu kuning.
Total saat musim lalu Schneiderlin melakukan 1,8 kali pelanggaran tiap pertandingan, yang tak tertandingi oleh para pemain Man United.
Namun, pada sisi lain, "kebuasan" sang gelandang justru bisa menjadi keuntungan, asalkan bisa dikontrol dengan baik. Belakangan ini, MU memang kehilangan sosok gelandang perusak yang bisa membuat para pemain lawan gemetar. Kehadiran Schneiderlin diharapkan bisa mengisi kembali celah yang telah lama kosong tersebut.