TRIBUNNEWS.COM - Saat di Southampton, Morgan Schneiderlin dijuluki sebagai anjing "Bull-Terrier" dari Soton. Bukan sebuah penghinaan, alih-alih adalah pujian merujuk pada staminanya yang seolah tak pernah kenal lelah, terus berlari mengejar bola seperti layaknya anjing bull-terrier mengejar mangsa.
Padahal, saat masih anak-anak, dan remaja, Schneiderlin mengaku punya stamina yang pas-pasan. Lahir di Zellwiler, Alsace, Prancis, pada 8 November 1989, Schneiderlin mulai mengenal sepak bola pada usia lima tahun. Ia biasa bermain bareng teman-teman sebaya di jalanan depan rumahnya. Melihat bakatnya yang melimpah, pada usia delapan tahun ia kemudian pindah dari kota di ujung timur Prancis tersebut untuk mengenyam pendidikan di akademi sepak bola Strasbourg.
Sekolah sepak bola klub asal Alsace tersebut pernah menelurkan nama-nama tenar sepak bola Prancis, antara lain Frank Leboeuf, Youri Djorkaeff, Olivier Dacourt, dan Mark Keller. Beberapa pemain asing terkenal yang pernah memperkuat tim senior Strasbourg antara lain Jose Luis Chilavert (Paraguay) dan Aleksandr Mostovoi (Rusia).
Southampton kemudian merekrut Schneiderlin pada Juni 2008. Walau masih berstatus sebagai anggota tim U-19 Prancis ketika itu, sang pemain sadar bahwa ia akan dapat kesempatan bermain di St. Mary's.
"Di sini, Anda bakal bisa turun jika kemampuan Anda mumpuni. Seorang pemain tak perlu menunggu hingga mencapai umur tertentu," tuturnya ketika itu.
Namun, salah satu kelemahannya adalah faktor stamina, terutama untuk seorang pemain gelandang yang dituntut punya napas kuda.
"Faktor stamina adalah salah satu perhatian terbesarku sejak dulu. Saat masih di League one, saya pasti mengakhir pertandingan dengan napas terengah-engah, dan luar biasa letihnya. Bahkan sejujurnya,memasuki menit ke-60 aku sudah merasakan sulit sekali untuk berlari," ujarnya mengenang masa lalu.
Padahal, katanya, ia selalu berlatih fisik dengan keras sama dengan para pemain lainnya. Schneiderlin pun kemudian mengkonsultasikan masalah tersebut dengan sejumlah pelatih fisik, dan akhirnya didapat sebuah solusi. Diyakini, salah satu penyebab staminanya lemah adalah pola makan yang tak sehat.
"Saat berusia 18 tahun saya berpikir makan pizza, dan pergi keluar sampai larut malam tak akan memberikan pengaruh apa-apa pada fisikmu. Pemikiran itu ternyata keliru, sangat keliru. Saya sekarang melakukan diet ketat, hanya mengonsumsi makanan Prancis yang sehat," katanya.
Pola diet itu berhasil. Schneiderlin pun sekarang dikenal sebagai si anjing Bull-Terrier yang terus berlari mengejar bola seakan tak kenal lelah sepanjang 90 menit pertandingan.