TRIBUNNEWS.COM - Gol Nemanja Maksimovic disambut keheningan. Hanya sebagian kecil pendukung mereka yang duduk salah satu sudut stadion Neo GSP Nicosia, menyambutnya dengan suka cita sambil mengibarkan bendera warna biru muda dengan aksen kuning berukuran mini.
Para pemain Astana yang berada di lapangan menghampiri Maksimovic. Mereka memeluknya. Sementara yang duduk di bangku cadangan berdiri dari kursinya dan berteriak kegirangan.
Mereka meluapkan kegembiraannya. Gol itu tercipta enam menit sebelum pertandingan usai. Dan mereka mampu mempertahankannya hingga peluit panjang berbunyi.
Astana di luar dugaan lolos ke panggung utama Liga Champions 2015/2015. Mereka menaklukkan APOEL, yang memang lebih diunggulkan karena berpengalaman sembilan kali merasakan gemerlapnya kompetisi tertinggi antarklub Eropa tersebut. “Mimpi kami terus berlanjut,” ucap Stanimir Stoilov, pelatih Astana dikutip dari sport.bt.com.
Astana adalah tim pertama dari Kazakhstan yang akan tampil Liga Champions. Mereka unggul agregat 2-1 di kualifikasi babak ketiga. Pada laga pertama mereka mampu unggul tipis 1-0.
Kemudian di laga selanjutnya mereka ternyata bisa menahan imbang tuan rumah dengan skor 1-1. Mereka seperti menang melawan kemustahilan. Tetapi, perjalanan mereka masih panjang. Banyak rintangan yang harus dilalui.
Astana memang salah satu tim kuat di Kazakhstan. Tetapi di Eropa mereka bukan siapa-siapa. Perjalanan klub yang berdiri enam tahun lalu, di kompetisi internasional selalu terkendala. Musim 2013/2014, mereka kalah di babak pertama kualifikasi LIga Europa setelah menelan kekalahan dari Botev Plodiv dengan agregat 5-1.
Musim 2014/2015, mereka mengalami peningkatan. Di ajang Liga Europa untuk kali pertamanya mereka lolos kualifikasi. Namun di fase awal mereka harus mengakui keunggulan Villarreal dengan agregat 7-0. Dan musim ini mereka menjajal ketatnya persaingan di ajang Liga Champions setelah mengalahkan APOEL di babak kualifikasi ketiga dengan agregat 2-1.