Dede Isharrudin/Juara.net
TRIBUNNEWS.COM - Kedatangan perwakilan FiFA ke Indonesia dalam rangka penyelesaian sanksi yang menimpa sepakbola tanah air menelurkan titik terang.
Hal itu terungkap saat perwakilan FIFA dan AFC yakni Head of delegation, Kohzo Tashima; FIFA Exco Member (jepang), Tengku Abdullah bin Sultan Ahmad Shah; FIFA Exco Member (Malaysia), Mariano Araneta; AFC Exco Members (Filipina), James Johnson, FIFA Members Association Director, bertemu perwakilan media yang diwakilkan SIWO Pusat, Selasa (3/11/2015) di Kantor PSSI, Jakarta.
Selain itu juga hadir Dato' Windsor John ; AFC Acting General Secretary dan Sanjeevan Balasingam; AFC Members Association Director.
Sebelum bertemu SIWO, tim FIFA juga sempat bersua perwakilan APNI, PT Liga Indonesia, dan APPSI.
Dalam dialog dengan SIWO Pusat, pimpinan delegasi Kohzo menekankan kembali pengakuan FIFA terhadap PSSI di bawah kepemimpinan La Nyalla Mattalitti hingga 2019.
"Kami datang atas undangan PSSI yang ingin menyelesaikan persoalan sepakbola di Indonesia, terutama mendengarkan keinginan pemerintah yang bermaksud melakukan reformasi sepak bola di negara ini."
"Kami siap membantu, karena sanksi hal yang lumrah diberikan FiFA atas negara yang melanggar statuta kami. Hanya, kasus di Indonesia merupakan big case and long standing issue, sehingga concern kami sangat besar untuk membantu menyelesaikan," ujar Kohzo.
Bentuk bantuan yang diberikan adalah mendukung keinginan pemerintah untuk mereformasi sepak bola Indonesia, termasuk menyambut baik keinginan pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, membentuk tim reformasi sepak bola nasional.
"Kami sangat mengharapkan tim tersebut terdiri dari PSSI, stake holder, seperti asosiasi pemain, dan pemerintah."
"FIFA pasti akan memberikan asistensi bagi tim untuk menyusun bentuk reformasi yang diinginkan. Dan kami akan menilai pula apakah input dari tim tersebut untuk mereformasi sepak bola Indonesia sejalan atau tidak dengan statuta kami," tambahnya.
Tengku Abdullah bin Sultan Ahmad Shah, dari Malaysia juga menegaskan tim reformasi yang nanti dibentuk diberikan waktu hingga Februari, atau selambatnya Mei, untuk menghasilkan kajian reformasi sepak bola nasional.
"Kami ingin, sebelum sidang FiFA di bulan Februari, hal ini sudah selesai sehingga kami bisa akan memutuskan apakah sanksi pembekuan bisa dipulihkan atau tetap dipertahankan. Tapi kami tetap fleksibel jika belum tuntas karena mungkin rumit, maka ditunggu hingga Mei," ungkap Tengku Abdullah.
James Johnson sebagai FIFA Members Association Director juga menegaskan iklim sepak bola Indonesia yang penuh gempita sebelum sanksi pembekuan diterapkan, mendorong FIFA untuk turun tangan dan sangat peduli agar bisa selesai.
"Oleh sebab itu, tim yang datang ini merupakan tim yang punya wewenang besar sehingga kami ingin mengetahui secara detil masalah yang sebenarnya. Dengan bertemu pejabat yang berwenang, bahkan presiden, kami mengetahui bahwa negara Anda ingin pula persoalan ini selesai. Karena itu, kami berharap ada hal positif yang bisa diteruskan setelah ini," jelas James