TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Krisis finansial yang belakangan akrab melanda Persija Jakarta menjadi sorotan dalam bursa pencalonan ketua umum periode 2015-2019 yang akan digelar 12 Desember 2015.
Setiap bakal calon harus punya modal atau setidaknya strategi untuk menghidupi biaya operasional tim Ibu Kota.
Hal ini tercantum dalam salah satu syarat bakal calon Ketum Persija selanjutnya.
"Selama ini keuangan masih menjadi kendala utama. Makanya harus ada komitmen untuk memenuhi anggaran biaya operasional seluruh kegiatan Persija, terutama pembiayaan kompetisi internal yang bersifat pembinaan. Karena kalau urusan klub profesional terpisah dari sponsor dan sebagainya," kata Budiman Dalimunthe, Sekretaris Komite Pemilihan Ketum Persija 2015.
Budiman, yang juga menjabat Skretaris Umum Yayasan Persija Muda, mengaku belum dapat membeberkan secara rinci berapa yang dana yang harus disiapkan oleh para calon itu.
Namun, ia memberikan gambaran mengenaik alokasi pengeluaran pada periode sebelumnya.
"Untuk kompetisi internal saja, setahun dibutuhkan sekitar Rp 800 juta. Belum lagi, untuk pembinaan klub internal masing-masing Rp 5 juta setahun. Semua itu, hitung-hitungannya akan jelas saat kami melakukan interview dengan para calon nanti," ujar Budiman.
Sementara itu, Ketua Komite Pemilihan Elbiner Tobing sedikit membuka hitungan kasar dana operasional yang mesti disiapkan ketum baru Persija nanti.
"Setidaknya, harus disiapkan sekitar Rp 3 miliar per tahun. Itu hanya untuk kegiatan operasional klub internal dan pembinaan," ujarnya.
Untuk biaya operasional klub profesional Persija, Ketua Umum Wajib menyediakan anggaran sekira Rp30 miliar tiap musimnya.
"Ini bisa dari sponsor dan sharing profit dari hak siar PT Liga Indonesia, serta hasil penjualan tiket pertandingan," timpal Budiman.