TRIBUNNEWS.COM - David Beckham punya banyak pengalaman yang bisa diceritakan usai menjalani syuting untuk film dokumenter berjudul ‘Love of the Game’.
Selama proses syuting, Beckham bermain sepak bola di tujuh benua, yang membuat matanya terbuka akan budaya-budaya baru di tiap tempat yang dikunjunginya.
Mantan pemain Manchester United ini mengelilingi tujuh benua bersama Unicef dalam rangka menggalang dana amal sekaligus melihat langsung kondisi anak-anak yang kurang beruntung.
Ia menyusuri jalanan di Kathmandu, Nepal, desa Kumnga di Papua Nugini, kamp pengungsian di Djibouti, hingga mendarat di pulau King George, Antartika.
Kedatangan Beckham sekaligus untuk menunjukkan bagaimana sepak bola bisa menjangkau banyak orang hingga di tempat paling terpencil.
“Saya senang masuk ke dalam budaya yang berbeda dan melihat hal yang berbeda. Saya melihat tempat yang tak pernah dikunjungi sebelumnya. Tiga tempat pertama (yang kami kunjungi) adalah Unicef centre yang mana kami membantu memberikan dukungan dan dana. Secara pribadi, itu penting bagi saya. Di tempat lain, itu tentang menunjukkan bagaimana kekuatan pertandingan mempengaruhi keluarga dalam kehidupannya,” jelas Beckham seperti dilansir Daily Mail.
Beckham pun kembali bercerita mengenai pengalamannya melihat langsung kamp pengungsian di Djibouti. Ia terkejut melihat kehidupan anak-anak di sana yang berbalik 180 derajat akibat konflik dan kekerasan.
“Ini pertama kalinya saya mengunjungi kamp pengungsian. Ini mengejutkan karena melihat bagaimana kehidupan anak-anak berubah drastis karena konflik dan kekerasan. Sebagai seorang ayah, itu menghancurkan hati saya melihat anak-anak hidup dalam keadaan sulit seperti itu,” ucapnya.
Sebelumnya, Beckham mengatakan kunjungan ke tujuh benua itu merupakan pengalaman baru. Pria 40 tahun itu pun menceritakan pengalaman tersebut pada keempat anaknya.
Ia menasihati anak-anaknya bahwa hidup mereka jauh lebih beruntung dibanding kehidupan orang-orang yang tinggal di daerah bencana atau kamp pengungsian.
“Setiap kali saya terjun ke lapangan, saya duduk bersama mereka dan membahas setiap halnya secara detil. Anak-anak saya sudah meminta untuk ikut dalam perjalanan ini selama bertahun-tahun. Pada saatnya nanti, mereka akan saya ajak. Tentu prioritas mereka sekarang adalah sekolah, namun mereka tertarik pada kunjungan ini. Anak-anak saya sudah memahami betapa beruntungnya hidup mereka,” ujar Beckham seperti dilansir Mirror.
Satu di antara pengalaman menyentuh yang dialami Beckham adalah kala dirinya menyambangi Nepal. Ia melihat sekolah yang rusak akibat bencana gempa yang melanda negara tersebut pada bulan April lalu.
Seorang siswa menceritakan rumahnya telah rata dengan tanah. Keluarga siswa itu kini hidup miskin dan tak memiliki bahan bakar yang cukup hanya untuk sekedar memasak makanan.
“Enam bulan yang lalu, mereka hidup di lingkungan yang lebih baik. Sekarang mereka tinggal di tenda kecil yang berisi empat tempat tidur. Mereka harus tinggal di sana, memasak di sana. Itu lingkungan yang sulit. Kami melihat langsung korban gempa bumi. Bermain bersama anak yang melalui itu semua dan melihat mereka tersenyum cukup menginspirasi,” ucapnya.
Pria 40 tahun ini menuturkan kegiatan mengunjungi lokasi bencana maupun kamp pengungsian juga untuk menunjukkan bahwa sepak bola bisa menjangkau orang-orang yang tinggal di lokasi terpencil.
“Sebagai orang tua, sebagai seorang ayah, melihat kebahagiaan anak-anak sungguh luar biasa. 34 ribu kelas hancur karena gempa bumi. Namun Unicef dan badan amal lainnya cepat tanggap dan membuat anak-anak sedikit kembali hidup normal, yang membawa banyak kebahagiaan pada keluarga,” imbuhnya.