Laporan Wartawan Juara.Net Sapto Haryo Rajasa
"NIAT awal saya adalah menjadikan Messi sebagai pesepak bola terbaik di dunia. Namun, kenyataannya justru dia yang membuat saya menjadi pelatih terbaik di dunia."
Ucapan Pep Guardiola itu sungguh unik sehingga saya anggap paling pas untuk membuka tulisan tentang pemain yang baru saja menyabet Ballon d’Or untuk yang kelima kali.
Loh, bukankah titel yang diraih Lionel Messi pada 2009, 2010, 2011, dan 2012 merupakan perlambang individu terbaik di cabang si kulit bulat?
Baiklah, pada saat mayoritas orang berkomentar tentang kualitas Messi yang menyebabkan dirinya pantas dilabeli pemain terbaik di dunia, Pep justru bisa melihat kelebihan lain bekas anak didiknya itu.
Bukan berarti pernyataan Gianluigi Buffon yang menilai Messi adalah sosok "alien" yang sedang bermain sepak bola bersama para manusia itu absurd.
Bukan pula komentar Arsene Wenger bahwa Messi unggul jauh atas rival-rivalnya dalam aspek individual itu salah. Namun, Messi berada di level yang sama sekali berbeda jika juga mampu “menjadikan” pelatihnya sebagai yang terbaik.
Pep memang menyandang predikat Pelatih Terbaik Dunia 2011. Pada malam penganugerahan Ballon d’Or, Januari 2012, ia menyisihkan sederet nama beken seperti Sir Alex Ferguson, Jose Mourinho, hingga Vicente del Bosque, Oscar Tabarez, dan Joachim Loew.
Luis Enrique
Tepat empat tahun berselang, giliran Luis"Lucho" Enrique yang mendapatprivilese sebagai peracik strategi terbaik dunia.
Berbarengan dengan Messi, Lucho pun meraih Ballon d’Or 2015 setelah menyingkirkan Pep dan Jorge Sampaoli.
Deretan lima trofi yang diraih FC Bercelona sepanjang akhir musim 2014-15 dan awal musim 2015-16 dianggap sebagai parameter yang paling tepat untuk memilih Enrique ketimbang dua pesaing terdekatnya.
Mungkin kurang adil apabila kita menyebut keberhasilan Enrique meraih La Liga, Copa del Rey, Liga Champion, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub murni karena kelengkapan skuat yang diisi talenta-talenta nomor satu di dunia.
Pep pada musim terakhir di Barca, mendiang Tito Vilanova, dan Gerardo “Tata” Martino nyatanya gagal mencetak prestasi seperti yang dibuat Enrique. Dua tahun bersama Bayern Muenchen, yang juga dihuni personel-personel apik, Pep pun gagal meraih trofi LC.
Artinya, di balik sejumlah tudingan minor tak beralasan yang menyebut Enrique kurang pantas, tersimpan kualitas tersendiri pada diri eks pembesut Barcelona B, AS Roma, dan Celta Vigo tersebut.
Namun, di sisi lain, jika kita simak kembali ucapan Pep pada awal tulisan, menjadi sebuah pemakluman bahwa sosok Messi juga yang telah “menolong” Enrique menggapai predikat pelatih terbaik dunia.
Belum Berhenti
“Orang kerap berpikir dengan cara yang salah. Sebuah tim adalah satu hal. Sebuah tim dengan Messi di dalamnya adalah cerita yang sama sekali berbeda. Messi ada di tim juara LC bersama Frank Rijkaard, ia juga meraihnya bareng Guardiola, dan ia kembali menyabetnya bersama Enrique,” bagitu kata Jose Mourinho tentang korelasi peran Messi dengan raihan gelar LC.
Mourinho bahkan menambahkan bahwa tim seperti Manchester City atau Arsenal bisa meraih gelar LC apabila dibela Messi.
“Saya tak menyebut mereka akan terus menjadi juara, tapi saya yakin menjuarainya paling tidak satu kali. Yang ingin saya tekankan ialah jika tim dibela Messi, ceritanya akan sangat berbeda.”
Seperti sebuah kepingan yang mulai tersusun lengkap, melalui ucapan Pep dan Mourinho kita bisa menarik kesimpulan bahwa kesuksesan Barcelona memuncaki piramida sepak bola Eropa dan dunia ialah karena adanya peran seorang Messi.
Teori bahwa Messi mustahil tetap bermain tajam apabila ditinggal Samuel Eto’o, Thierry Henry, dan David Villa telah dimentahkan.
Personel di lini depan Barcelona terus berganti, tetapi Messi terbukti masih mampu menunjukkan ketajaman prima.
Sudah ditepis pula anggapan awal bahwa Messi tak akan bisa berkreasi optimal jika Xavi Hernandez pensiun.
Praktis sepanjang musim lalu dan pada paruh pertama musim ini, lini tengah Barca tak lagi diperkuat kapten sekaligus motor tim mereka itu. Tetapi, sinar Messi tetap berkilau terang.
Kualitas istimewa seperti itu memang paling layak dianugerahi predikat pemain terbaik dunia. Selama masih tampil seperti itu, selama itu pula lemari Messi akan terus bertambah trofi Ballon d'Or.