TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Kosongnya kompetisi sepak bola resmi di Indonesia di sepanjang tahun 2015 membuat mood bermain bola Samsul Arif ngedrop. Kondisi sepak bola Indonesia yang tanpa kompetisi itu pula yang turut mempengaruhi produktivitas gol striker Arema Cronus.
Tak heran bila Samsul merindukan adanya kompetisi berkelanjutan.
Pemain asal Bojonegoro itu mengakui ritme pertandingan yang tidak menentu belakangan ini bukan hanya membuat motivasinya labil, tapi juga mempengaruhi kondisi dan penampilan di lapangan.
Samsul yang tampil sangat produktif dalam laga pembukaan turnamen Piala Jenderal Sudirman (PJS) tidak bisa mempertahankan produktivitas golnya sepanjang turnamen.
Pemain Arema bernomor punggung 9 itu mencetak hattrick di laga pembuka PJS. Selanjutnya ia baru mencetak gol kembali saat Arema mengawali laga di fase delapan besar. Ia mencetak satu gol melalui titik penalti saat Singo Edan menghadapi Persipura di stadion Maguwoharjo Yogyakarta.
Samsul telah mencetak 4 gol sepanjang turnamen PJS. Namanya masuk dalam daftar persaingan top skor PJS bersama Patrick dos Santos dari Mitra Kukar dan rekan setim, Cristian Gonzales. Tapi seiring terhentinya laju tim Arema di PJS maka terhenti pula peluangnya menjadi top skor.
Terkait produktivitas gol yang seret, Samsul menyebut ritme pertandingan yang tidak konstan di turnamen turut berpengaruh pada penampilannya.
"Bagaimana ya, sekarang ini kami main di turnamen, beda dengan bermain di kompetisi ritmenya mungkin jadi beda," ujar Samsul.
Bila bertanding dalam suasana kompetisi, jadwal dan ritme pertandingan dirancang jangka panjang. Ritme pertandingan yang rutin dalam seminggu juga membuat para pemain bisa bertahap meningkatkan peak kondisi dan menjaga performa terbaiknya.
Sedangkan dalam turnamen PJS, setiap melalui satu fase pertandingan, tim peserta mendapat jeda waktu sampai dua minggu sebelum bertanding kembali. Tapi dalam satu fase pertandingan, di babak delapan besar misalnya, sebuah tim bisa bertanding dua kali hanya dalam selang waktu dua hari.
"Saya merasakan sedikit terkendala dengan jarak waktu antar pertandingan yang tidak beraturan. Mungkin itu problem buat saya, kalau kompetisi kan enak sudah pasti seminggu bisa main dua kali dan ritmenya begitu terus," papar Samsul.
Menghadapi kondisi demikian Samsul mempercayakan pola menjaga kondisi dan penampilan pada program latihan yang diberikan pelatih.
Sebelumnya Samsul juga menyatakan masa tahun 2015 menjadi masa yang buruk bagi dirinya sebagai pemain sepak bola.
"Tahun 2015 banyak kendala, meskipun pekerjaan saya main bola, saya jadi tidak antusias bermain, mudah-mudahan tahun ini bisa lebih baik," papar mantan pemain Persela ini.
Bisa jadi, karena merindukan kompetisi yang berkesinambungan itulah Samsul mulai membuka komunikasi dengan tim asal Malaysia. Tapi apakah pemain lincah ini akan benar-benar hijrah ke liga di Negeri Jiran untuk memompa kembali motivasi dan performanya , patut ditunggu perkembangannya.