TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pelatih PSCS Cilacap, Aris Budi Sulistyo mengatakan, untuk menyelesaikan konflik sepak bola nasional hingga dicabut SK Pembekuan terhadap PSSI bisa dilaksanakan dengan jalan komunikasi antara Menpora dan PSSI.
"Untuk mencabut SK Pembekuan, Menpora telah mengeluarkan sembilan poin persyaratan yang harus dilaksanakan PSSI. Tetapi tidak semua syarat bisa dilaksanakan PSSI karena federasi merasa berat dengan sejunlah target yang diminta oleh Menpora," kata Aris kepada Harian Super Ball,kemarin.
Aris menerangkan, poin persyaratan dari Menpora yang dinilai berat dilaksanakan oleh PSSI adalah terkait jamin tercapainya prestasi tim nasional sebagai juara satu dalam event Piala AFF tahun 2016, SEA Games tahun 2017, lolos Kualifikasi Piala Dunia tahun 2018, dan Asian Games XVIII tahun 2018.
"Poin yang terasa lebih berat adalah terkait mempercapat diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) sesuai yang diharapkan pemerintah dengan tetap memperhatikan Statuta FIFA paling lambat harus dilaksanakan akhir bulan April 2016. KLB baru bisa digelar, jika ada kesepakatan atau keinginan sebagian besar voter. Jadi KLB tidak bisa dipaksakan oleh pihak-pihak tertentu," terang Aris.
Menurut Aris, jika pada akhirnya PSSI tidak bisa melaksanakan seluruh persyaratan tadi, maka kemungkinan besar konflik sepak bola nasional tidak pernah terselesaikan dalam waktu dekat.
Padahal seluruh pelaku sepak bola nasional sudah lama menunggu kompetisi resmi digelar dan masyarakat ingin melihat kiprah tim nasional di pertandingan-pertandingan internasional.
"Kalau kedua belah pihak baik Menpora dan PSSI tidak berdamai, maka sulit bagi kita untuk berharap sepak bola kita kembali normal dan kompetisi resmi akan sulit dilaksanakan tahun ini. Padahal ada ribuan pemain, ratusan klub, dan pelatih yang sudah rindu bertanding secara resmi," ujar Aris.
Untuk menghindari kebuntuan jalan islah, ucap Aris, sebaiknya kedua belah pihak baik Menpora dan PSSI segera melakukan komunikasi.
Dengan demikian, diharapkan Menpora bisa bersikap lebih lunak atau memberikan kesempatan kepada PSSI untuk melaksanakan hanya beberapa poin persyaratan dalam waktu dekat.
Beberapa poin lain bisa ditargetkan untuk dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya.
"Tidak bisa memaksa PSSI untuk melaksanakan seluruh poin, khususnya poin target juara dan KLB. Kita jelas tidak bisa, karena sepakbola saja belum normal. Bagaimana mungkin bisa mencapai target juara, kalau kompetisi resmi saja belum dibentuk. Ini menjadi target yang mustahil dicapai dalam waktu dekat. Oleh karena itu diperlukan komunikasi kedua pihak. Itu bisa terjadi jika Menpora dan PSSI sama-sama memiliki semangat kebersamaan dalam menyelesaikan konflik," jelas Aris.
Aris mengkritik Menpora yang memberikan syarat tanpa memikirkan kemampuan dari PSSI.
"Seharusnya Menpora lebih luwes dalam memberikan syarat. Untuk saat ini syarat yang bisa dilaksanakan adalah terkait pembenahan, normalisasi, dan memulai kembali kompetisi. Untuk poin-poin lain seharusnya dilaksanakan secara bertahap," ucap Aris.
Aris sebenarnya sepakat dengan niat Menpora yang ingin membenahi sepakbola dalam negeri, baik dari sistem kompetisi dan pengelolaan sepak bola nasional, seperti terlambatnya pemberian gaji pemain dan pelatih.
Tetapi seharusnya Menpora juga melihat kesuksesan yang telah dilakukan PSSI.
"Sejak kepengurusan PSSI tahun ini, banyak pelatih yang mendapat kesempatan meningkatkan lisensinya. Timnas kita juga sempat menorehkan prestasi dari Evan Dimas dan kawan-kawan. Ini sudah menjadi langkah baik yang seharusnya didukung pemerintah untuk makin meningkatkan kualitas timnas kita. Jadi menurut saya, memang ada beberapa hal yang memang perlu dibenahi dan beberapa hal yang perlu didukung pemerintah. Jangan mengangap PSSI tidak berhasil secara total," papar Aris.
Aris menuturkan, sudah semestinya Menpora mendukung pembenahan, perbaikan, dan prestasi sepak bola di Tanah Air.
Bukan sebaliknya, malah membekukan PSSI yang mengakibatkan vakumnya kompetisi nasional.
"Kalau memang ingin menyehatkan sepak bola kita, sebaiknya Menpora membantu klub untuk mendapatkan sponsor. Menpora atau pemerintah meminta kepada pengusaha atau miliarder dalam negeri untuk memberikan dana sponsor. Karena pendanaan menjadi masalah terpenting bagi klub kita saat ini. Dengan kondisi finansial yang sehat, maka kita bisa mencetak prestasi setinggi mungkin," tutur Aris.