TRIBUNNEWS.COM - Empat musim membela Atletico Madrid dalam kurun waktu 2010-2014, Filipe Luis sempat mencoba menjajal peruntungannya di kompetisi Liga Primer Inggris bersama Chelsea.
Sayangnya, bek kiri asal Brasil ini jarang mendapat kesempatan bermain bersama The Blues hingga akhirnya ia memilih pulang ke Atletico.
Di bawah rezim Jose Mourinho yang kala itu masih membesut Chelsea, Luis tak punya banyak kesempatan menunjukkan kemampuannya di atas lapangan. Menurutnya Mourinho merupakan sosok pelatih kontroversial dan terlalu banyak menuntut pemainnya. Dalam kasusnya, Luis mengaku memiliki hubungan yang baik dengan Mourinho. Namun ia menyayangkan sikap pelatih asal Portugal itu yang jarang memberikannya unjuk gigi di atas lapangan.
“Berbicara tentang Mourinho selalu kontroversial. Selalu ada beberapa intrik yang mengelilinginya. Dia pelatih yang mengagumkan, mencoba memaksimalkan setiap pemainnya. Menurutku itu satu di antara alasan kenapa terkadang dia tak bisa menjaga keharmonisan di ruang ganti,” ujar Luis seperti dilansir Four Four Two.
“Dia terlalu banyak menuntut pemainnya dan beberapa di antaranya tak sanggup mengatasinya terlalu lama. Dalam kasus saya, kami berteman sangat baik dan dia membantuku ketika ingin kembali ke Atletico. Dia pelatih yang sangat bagus. Sayangnya, saya tak mampu meyakinkannya bahwa saya harus memulainya bersama Chelsea,” lanjutnya.
Hanya bertahan semusim di Stamford Bridge, Luis akhirnya kembali ke Atletico Madrid. Mantan pemain Deportivo La Coruna itu pun merasa seperti kembali ke rumah. Luis pun mengaku bahwa dirinya melakukan segalanya demi bisa mengenakan kembali seragam Rojiblancos.
“Ini musim kelima saya bersama Atletico, dan ini telah menjadi tahun terbaik dalam hidupku. Madrid terasa seperti rumah bagiku. Saya selalu merasa penting, diinginkan, dan dipercaya oleh semua orang di sini,” tuturnya.
Ketika akan meninggalkan Chelsea, kata Luis, dirinya mendapat beberapa tawaran dari klub-klub Prancis dan Italia. Namun tekadnya kembali ke Atletico membuatnya mengabaikan tawaran tersebut. “Ketika saya pergi demi bergabung dengan Chelsea, saya ingin membuktikan bahwa saya bisa bermain di Liga Primer. Tapi itu tak terjadi seperti yang saya impikan. Saat Atletico berusaha membeli saya kembali, saya melakukan segalanya agar ini menjadi kenyataan. Saya mendapat tawaran dari beberapa klub Prancis dan Italia. Tapi saya tak akan meninggalkan Chelsea demi klub lain, selain Atletico Madrid,” jelasnya.
Keputusan Luis kembali ke Atletico memang terbilang tepat. Di bawah asuhan Diego Simeone, Luis menjadi pemain kunci di lini belakang dan namanya mulai dipertimbangkan sebagai bek kiri terbaik dunia. Luis menuturkan faktor Simeone juga menjadi alasan mengapa dirinya ingin kembali ke Atletico. Apalagi pelatih asal Argentina itu memang menginginkan Luis pulang ke Vicente Calderon.
“Alasannya cuma satu, yakni Simeone. Simeone telah mengubah sejarah Atletico Madrid secara keseluruhan, tim yang dulunya berjuang lolos ke Liga Champions. Sejujurnya, saya berpikir tak akan kembali mendapat kesempatan bermain di final (Liga Champions). Sekarang saya mendapat kesempatan itu lagu. Saya akan mencoba segala cara untuk memenangkan trofi ini. Mimpi kami adalah membawa trofi ini ke Atletico Madrid,” paparnya.
Bagi Luis, Atletico memiliki semangat yang unik. Menurutnya pemain yang bukan berasal dari akademi Atletico pada awalnya tak memahami perbedaan nilai-nilai klub ini dibanding klub lainnya. Kemenangan yang diraih Atletico dalam setiap pertandingan terasa lebih berharga karena diraih lewat kerja keras. \
“Ketika kamu datang ke Atletico, kamu bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah institusi. Orang-orang yang datang (ke klub) dan bukan berasal dari akademi tak memahami perbedaan mendasar klub. Ketika kamu terlibat lebih jauh, kamu sadar bahwa meraih kemenangan di Atletico lebih berharga karena melalui jalan yang sulit, banyak penderitaan, dan lebih bernilai,” ucapnya.
Adapun pada musim ini, Atletico menjadi klub yang kerap memberikan kejutan. Di ajang Liga Champions, Rojiblancos sukses menyingkirkan Barcelona dan Bayern Munich. Sedangkan di kompetisi La Liga, anak asuh Diego Simeone terus memberikan tekanan pada Barcelona yang masih duduk di puncak klasemen sementara dan hanya kalah head to head dengan klub asal Katalan tersebut.